Serikat Buruh Australia Minta Working Holiday Visa Dihapus, Ini Alasannya

Bulan lalu NFF meluncurkan website lowongan kerja sebagai upaya menarik warga Australia yang sedang mencari pekerjaan.
Mereka menawarkan bayaran yang diklaim "mengejutkan", termasuk bisa menghasilkan hingga 1000 dolar (sekitar Rp10 juta) per minggu.

Namun kalangan serikat buruh menyatakan banyak bukti adanya eksploitasi sistemik dan meluas di sektor pertanian Australia. Bahkan, ada kasus yang sudah masuk ke ranah hukum.
"Ada sejumlah petani yang sudah memperlakukan pekerjanya dengan baik. Bila mereka membayar upah yang layak dan menghargai pekerjanya dengan baik, mengapa tidak semua petani melakukannya?" ujar Daniel.
Program pekerja musiman
Aliansi Pekerja Ritel dalam masukannya ke komite parlemen juga mendukung perluasan program pekerja musiman, yang memungkinkan pekerja dari negara-negara Pasifik untuk bekerja di sektor pertanian Australia.
Mereka menyarankan agar lebih banyak lagi negara yang dilibatkan dalam program pekerja musiman serta membuka jalan bagi para pekerja untuk menjadi warga negara Australia.
Belum lama ini Pemerintah Federal Australia menyetujui program percontohan bagi pekerja musiman asal Vanuatu untuk bekerja di perkebunan mangga di Australia.
Para petani dan pemilik perkebunan di Australia diminta untuk berhenti mempekerjakan tenaga kerja asing pemegang visa working holiday (WHV) dan 'backpaker' untuk memanen hasil pertanian mereka
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS