Seruan Boikot Pajak jadi Sinyal Perang untuk Pengemplang
Selasa, 16 Oktober 2012 – 20:49 WIB
JAKARTA - Rekomendasi Musyawarah Nasional (Munas) Nahdatul Ulama tentang moratorium membayar pajak merupakan ekspresi kekecewan terhadap lemahnya akuntabilitas pengelolaan pajak di Indonesia. Ketua PBNU M Imam Azis menyatakan, rekomendasi itu mencerminkan penolakan NU terhadap para pengempelang pajak. Imam menegaskan, pemerintah mesti memiliki road map yang jelas dan rencana terukur di bidang pajak. Disebutkannya, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 besaran kontribusi pajak mencapai 70 persen. Sementara tahun depan diperkirakan mencapai 80 persen.
Menurutnya, seruan moratorium pembayaran pajak itu dimaksudkan agar pemerintah serius menggunakan dana pajak untuk memenuhi hak warga negara. "Pajak mesti diarakan untuk pendidikan, pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan layanan publik, yang lebih bermatabat," ujar Imam dalam dialog publik bertajuk "Pajak dari Rakyat untuk Siapa?" yang digelar Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa di DPR, Selasa (16/10).
Ditegaskannya, pemerintah harus mengambil langkah serius terkait skema pembelajaan dana pajak. Selain itu, katanya, perlu juga dilakukan efisiensi dan peningkatan akuntabilitas pengelolaan pajak.
Baca Juga:
JAKARTA - Rekomendasi Musyawarah Nasional (Munas) Nahdatul Ulama tentang moratorium membayar pajak merupakan ekspresi kekecewan terhadap lemahnya
BERITA TERKAIT
- Hashim Djojohadikusumo Bakal Ikut Membangun PLTA Kayan, Semoga Tak Ada Halangan
- Serahkan 6 Sertifikat Kepada Masyarakat di Dumai, Menteri AHY: Siap jadi Kota Lengkap
- Ikadin Berharap Polri Menindak Oknum Polisi yang Menguntit Jampidsus
- Kideco Raih Peringkat Bintang Empat untuk Manajemen K3
- Resmi Pimpin HIPMI Kaltim, Andi Adi Wijaya: Kami akan Jadi Lokomotif Bagi Pengusaha Muda
- SGM Dukung Pemenuhan Nutrisi Anak Bangsa dari Generasi ke Generasi