Sesal Ibu

Oleh: Dahlan Iskan

Sesal Ibu
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Apalagi langkah polisi di lorong sempit itu cukup tegap. Bisa terdengar dari dalam kamar.

Begitu langkah sepatu sampai di depan pintu, tiba-tiba pintu kamar itu seperti dibuka dari dalam dengan kasar: dor-dor-dor-dor... Dua polisi itu pun tumbang. Bahkan sebelum sempat menarik senjata mereka.

Polisi satunya, yang masih ngobrol dengan sang ibu, melihat adegan brutal itu. Ia langsung menembakkan senjatanya ke arah penembak yang mencoba lari di koridor sempit. Yang ditembak terjengkang. Senjata masih di tangannya. Ia masih berusaha menembakkan senjatanya ke arah yang tidak terkontrol lagi. Lalu terkulai. Mati.

Masih ada 40 peluru lagi yang sudah terpasang di magasin hasil modifikasi.

Jason Rivera, polisi yang baru berumur 22 tahun itu tewas di tempat. Jason baru 2 tahun jadi polisi. Baru 3 bulan lalu menikah.

Wilbert Mora, polisi berumur 27 tahun, luka berat. Peluru bersarang di dalam kepalanya. Harus dibawa ke rumah sakit untuk dikeluarkan. Peluru lainnya menembus dadanya.

Lashawn McNeil, si anak nakal yang sudah berumur 47 tahun, tewas di tempat. Ia sudah lama cerai. Anaknya 4 orang, semua ikut ibu mereka.

Shirley Sourzes, sang ibu, hanya bisa menyesali diri: mengapa dia menghubungi polisi. Bagaimana pula dia tidak tahu kalau anaknyi menyimpan senjata ''Glock 45'' di bawah tempat tidurnya. Bahkan masih ditemukan lagi senjata kedua di bawah kasurnya.

Polisi satunya, yang masih ngobrol dengan sang ibu, melihat adegan brutal itu. Ia langsung menembakkan senjatanya ke arah penembak yang mencoba lari di koridor sempit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News