Setelah Tangan Kiri Kembali Ada, Tapi Mati Rasa

Merancang Robot agar Meneruskan Usaha Bengkel

Setelah Tangan Kiri Kembali Ada, Tapi Mati Rasa
Tawan alias Sutawan alias I Wayan Sumardana, warga Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Manggis, Karangasem. FOTO: Bali Express/JPNN.com

jpnn.com - Setelah tangan kirinya sempat hilang, dan kini tak berfungsi normal, Tawan alias Sutawan alias I Wayan Sumardana, warga Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Manggis, Karangasem ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sejak tangan kirinya mati rasa alias tidak berfungsi, karyawannya satu persatu pergi meninggalnya. Begitu juga delapan orang yang membantunya mengumpulkan rongsokan, satu per satu pergi, hanya menyisakan dua orang.

 “Tidak sekadar mati rasa. Memang benar-benar hilang. Tangan kiri tidak ada. Seperti mimpi. Setelah beberapa jam dicari, tiba-tiba anak saya melihat tangan kirinya kembali ada. Tapi, mati rasa,” katanya seperti dilansir Bali Express (Grup JPNN), kemarin.

Pengalaman otak-atik elektonik membuat pria yang pernah mengabdi menjadi guru di SMK N 1 Manggis itu mempunyai inisiatif merancang robot agar bisa meneruskan usaha bengkel lasnya.

Dia pun mulai sibuk berguru di internet, searching teknik menciptakan robot, hingga berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan.

Karena perasaan jengah, dan penuh kesabaran, dia berhasil mengikuti panduan dunia maya untuk bikin robot tangan. Uniknya, bahan-bahan yang digunakan sebagian besar barang-barang bekas.

Alasannya pun sederhana, karena tidak punya uang, lagipula banyak barang bekas bisa dimanfaatkan. Sebelum sukses menciptakan robot seperti yang digunakan sekarang, dia sudah hampir lima kali gagal. Sudah tiga unit komputer rusak akibat alat-alatnya dipreteli untuk melengkapi pembuatan robot itu.

“Alat yang baru, hanya dron seharga Rp 4 jutaan, berfungsi menyerap sinyal otak, terhubung dengan robot (ditempatkan di kepala). Sedangkan gear, stabilizer motor, dynamo hingga baterainya semuanya bekas. Saya gunakan dua baterai yang biasa digunakan diving itu. Itu bisa di-charge,” terang Sumardana yang penghasilan per bulannya sering tak sampai Rp 1 juta itu.

Meski robot buatannya mampu menghidupi keluarganya, dia menegaskan bahwa kemampuan robot itu masih jauh dari kata sempurna. Pasalnya, robot yang bekerja dikendalikan kemampuan otaknya itu sangat menguras tenaga dan pikiran. Dia jadi cepat lelah, dan kerja robot itu masih sangat lambat.

Setelah tangan kirinya sempat hilang, dan kini tak berfungsi normal, Tawan alias Sutawan alias I Wayan Sumardana, warga Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News