Si Cantik Ini Memilih Bertani, Gemes
Sepintas tebersit pikiran, bagaimana perempuan yang masih muda, bisa bertahan dengan rutinitas seperti itu.
Jarak jauh yang ditempuh dan juga kegiatan melelahkan menanam sayuran pasti menguras fisik. Belum lagi panas matahari bisa membakar kulit.
Puput kemudian mulai bercerita bagaimana awal mula terjun ke bidang agrobisnis.
Dia menamatkan studi S-1 di Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Jogjakarta (Sekarang bernama Institut Teknologi Yogyakarta/ITY) pada akhir 2015.
Awal 2016, perempuan ini memilih kembali ke Balikpapan. Selama berada di tanah kelahirannya, ia sempat melamar pekerjaan di beberapa perusahaan.
“Pada saat menunggu panggilan itu, waktu kosong saya banyak. Saya mulai berpikir bagaimana cara mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat. Kemudian, saya tertarik untuk mencoba membuat hidroponik. Saya merogoh kocek pribadi dari hasil uang tabungan sendiri. Lumayan juga sekitar Rp 2 juta untuk modal membuat hidroponik tersebut,” ungkap perempuan berparas ayu ini.
Memanfaatkan lahan kosong yang berada di samping rumah, Puput kemudian mulai membangun instalasi hidroponiknya.
Ia mencoba menanam pak coy (sawi daging), seledri, dan tomat. Berbulan-bulan menunggu sambil terus merawatnya, akhirnya semua sayuran siap dipanen.
KERJA kantoran merupakan pilihan banyak orang, termasuk kalangan perempuan. Namun tidak demikian dengan Miftahul Mutmainah. Dia mantap terjun ke
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor