Si Pasien Tidak Kembali Lagi, Dikira Sudah Meninggal, Ternyata…

Si Pasien Tidak Kembali Lagi, Dikira Sudah Meninggal, Ternyata…
Sumartini Dewi (empat dari kiri) didampingi promotor dan penguji desertasi di gedung IMERI FK Universitas Indonesia (UI) Rabu lalu (12/7). Foto: Humas FK UI for Jawa Pos

Pasien pun menyerah dan minta pulang. Si pasien juga mendesak agar diberi obat herbal. Sebab, berbulan-bulan dia mengonsumsi obat kimia tapi tak kunjung membaik.

Scleroderma merupakan kelainan sistem imun atau kekebalan tubuh. Kulit penyandang scleroderma biasanya akan mengeras. Ujung jari pasien juga akan mengalami luka karena pembuluh darahnya menyempit.

Bahkan scleroderma bisa menyerang paru-paru, jantung, ginjal, dan saluran pencernaan. Jika menyerang organ dalam, tentu membahayakan. Misalnya menyerang paru-paru, bisa mengakibatkan kesulitan bernapas. Sebab, paru-paru tidak bisa kembang kempis.

”Saya ingat, pernah nonton di YouTube bahwa ciplukan mengandung zat yang mengurangi dampak kanker payudara. Saya juga ingat, ada zat dalam ciplukan yang sebenarnya bisa mengurangi dampak scleroderma. Karena itu, saya sarankan mengonsumsi rebusan buah ciplukan,” imbuh istri Soerachman Dwiwaloejo itu.

Beberapa hari kemudian, si pasien kembali datang ke tempat praktik Sumartini. Pasien tersebut bertanya, apa boleh merebus daun dan tangkai ciplukan.

Alasannya, kalau hanya buahnya, pasien tersebut kesusahan mencari. Selain itu, cepat habis begitu dikonsumsi.

”Saya sebenarnya sudah angkat tangan. Lalu, saya perbolehkan pasien itu mengonsumsi daun dan batang ciplukan juga,” ungkap ibu empat anak tersebut.

Sejak konsultasi itu, si pasien tidak kembali lagi. Sumartini berpikir si pasien sudah meninggal.

Physalis peruviana kerap dianggap sebagai tumbuhan liar, bahkan hama. Ternyata tumbuhan yang dikenal sebagai ciplukan itu punya banyak manfaat. Sumartini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News