Siapa Bisa Bantu? Batik Semanggi Terkendala Pemasaran

Siapa Bisa Bantu? Batik Semanggi Terkendala Pemasaran
Batik motif semanggi khas Surabaya. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Surabaya memiliki batik bercorak khas yang tidak bisa didapatkan di daerah lain. Corak itu adalah semanggi. Semacam daun yang tidak hanya bisa diolah menjadi jajanan yang enak, tetapi mampu menjadi sumber inspirasi.

Adalah ibu-ibu di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, yang mendirikan kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang khusus menghasilkan batik motif semanggi. ''Meski dapatnya kecil, kan lumayan untuk pemasukan,'' ujar Ketua KSM Semanggi 2 Susilowati ketika ditemui akhir pekan lalu.

Dia menuturkan bahwa KSM berdiri sejak 2015. Awalnya, usaha tersebut berawal dari mengisi waktu kosong para ibu-ibu. ''Ketimbang ngrumpi kan kurang ada manfaatnya,'' tuturnya.

Batik semanggi yang dihasilkan warga Sememi Jaya Gang B itu beragam. Mereka tidak hanya menghadirkan gambar daun semanggi, tetapi juga mengombinasikannya dengan tumbuhan lain. Total ada tujuh motif batik yang diproduksi KSM Semanggi 2. ''Mulai logo Surabaya hingga gabungan dari unsur flora kami ada,'' jelas Susilowati.

Pembuatan batik ada dua macam. Yakni, menggunakan cara cap dan tulis. Namun, sebagian besar pembuatannya dilakukan dengan menggunakan teknik cap. Menurut Susilowati, batik tulis hanya dibuat saat ada yang memesan. Jika tidak ada pemesan, pembuatannya dilakukan dengan cara dicap karena lebih cepat dan simpel. ''Kalau batik tulis, satu kain bisa selesai seminggu,'' katanya.

Harganya pun beda. Harga batik cap sekitar Rp 150 ribu, sedangkan batik tulis bisa mencapai Rp 250 ribu-Rp 300 ribu, bergantung motif pesanannya. Hingga kini, pemasaran batik itu masih berkutat di area Surabaya.

Meski begitu, omzetnya lumayan. Menurut Susilowati, pihaknya sebulan pernah memperoleh Rp 8 juta. Dia berharap pemkot bisa membantu pemasarannya. Dulu, batik sempat dipasarkan secara online. Namun, karena tidak ada SDM yang mumpuni, pemasaran online tidak bisa dilanjutkan. ''Semoga nanti pihak pemkot bisa membantu terkait pemasarannya,'' ungkapnya. (omy/c15/any)


Harganya pun beda. Harga batik cap sekitar Rp 150 ribu, sedangkan batik tulis bisa mencapai Rp 250 ribu-Rp 300 ribu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News