Siapa Sesungguhnya Dibela Zulhas dan Teten? Industri Negara China atau UMKM Indonesia

Siapa Sesungguhnya Dibela Zulhas dan Teten? Industri Negara China atau UMKM Indonesia
Dokumentasi - Adian Napitupulu berharap semoga para menteri tak memberi data yang salah ke Presiden Jokowi terkait dampak pakaian bekas terhadap UMKM. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak, maka itu juga bisa diperdebatkan karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai," kata dia.

Dari seluruh angka di atas, Adian mempertankan siapa sesungguhnya yang membunuh UMKM.

"Mungkin urut-urutannya seperti ini. UMKM 80 persen dibunuh pakaian jadi impor dari China, sementara pakaian jadi impor China saat ini tidak dibunuh, tetapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor," kata dia.

"Jadi, siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara China atau UMKM Indonesia. Ayo, kita sama-sama jujur," kata dia.

Anggota DPR RI itu mempertanyakan mengapa para menteri itu berlomba-lomba mengejar, membakar, dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM.

"Kenapa para menteri itu tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, melatih cara produksi, cara pemasaran, bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri. Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri," kata dia.

Dari data di atas, Adian mengaku tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku thrifting, selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80 persen pasar Indonesia.

Atau, lanjut Adian, ada permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online memakai sepatu merek Bally dan pedagang sayur menggunakan jaket Balenciaga.

Adian Napitupulu mengatakan pada 2019, impor pakaian jadi dari China 64.660 ton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News