Siaran Omni

Oleh: Dahlan Iskan

Siaran Omni
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Di situ diatur tentang analog switch-off dilakukan paling lambat dua tahun setelah UU ini berlaku," ujar Prof Henri Subiakto, staf ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika. Berarti 2 November depan.

Kenapa harus dilakukan digitalisasi? Agar kualitas siaran dan gambarnya bisa lebih cling?

Itu jelas, tetapi bukan yang utama. "Siaran TV analog itu boros sekali frekuensi," ujar Prof Subiakto, guru besar Unair itu. Negara harus melakukan efisiensi frekuensi.

Itulah yang dilakukan Johnny yang sudah pandai berbahasa Inggris sejak di SMP dan SMA di Ruteng, Flores. Ia beruntung guru bahasa Inggrisnya orang bule dari Australia.

Johnny lantas masuk Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Hanya sebentar. "Ternyata lulusan fakultas kehutanan bisa jadi presiden," guraunya.

Dengan pindah ke digital banyak frekuensi yang bisa dihemat.

"Frekuensi yang selama ini dipakai siaran TV analog bisa dimanfaatkan untuk telekomunikasi. Negara bisa mendapat penghasilan jauh lebih banyak dari telekomunikasi," ujar Prof Subiakto.

Negara hanya mendapat ratusan miliar rupiah ketika frekuensi hanya dipakai siaran TV. Akan tetapi bila frekuensi yang sama dipakai telekomunikasi, negara bisa mendapat puluhan triliun rupiah. Yakni dari perusahaan seluler.

Saya sendiri kaget melihat tajamnya gambar siaran TV digital malam itu. Senang sekali. Padahal seharusnya saya bersedih: Persebaya kalah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News