Sibuk Ou Yen

Oleh: Dahlan Iskan

Sibuk Ou Yen
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Kalau ada acara bakti sosial ia sambut tamu di depan. Ia antar duduk di kursi. Ia ikut menata kursi. Mengecek semua peralatan. Ia sendiri punya bisnis di bidang besi dan baja.

Video yang beredar setelah ia meninggal Jumat lalu: ia memimpin sendiri penyemprotan disinfektan di rumah kematian Adi Jasa. Ia ajari para penyemprot itu:  bagaimana bekerja yang benar. Agar tidak ada virus Covid di situ.

Namun, juga terlihat ia sendiri tidak mengenakan masker.

Bahwa Koh Ou Yen bisa menjadi ketua di Adi Jasa menandakan bahwa ia bisa diterima oleh semua golongan di masyarakat Tionghoa Surabaya.

Itu tidak mudah. Begitu banyak organisasi di kalangan masyarakat Tionghoa Surabaya: ada yang berdasar daerah asal, ada yang berdasar marga, berdasar kelompok usaha, dan lain-lain.

Rumah kematian itu sendiri milik 12 yayasan Tionghoa. Praktis semua kepentingan masyarakat Tionghoa terwakili di 12 yayasan itu. Dan Koh OuYen yang menjadi ketua usaha sosial itu.

Itu menandakan Koh Ou Yen bisa diterima oleh 12 yayasan itu. Tanpa konflik. Tanpa oposan. Kompak. Karena itu Adi Jasa maju sekali.

Tanah di rumah kematian itu terus diperluas. Dulu hanya ada satu bangunan. Berisi 16 ruangan takziah dan 12 kamar es untuk menyimpan mayat.

Dia membantu istri saya agar bisa keluar cepat dari ruang vaksinasi. Dia mengantar sampai kami naik mobil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News