Sibuk Ou Yen

Oleh: Dahlan Iskan

Sibuk Ou Yen
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Belakangan ditambah satu bangunan lagi. Bertambah lagi ruangannya. Hampir dua kali lipat. Ditambah pula kamar esnya.

Lalu masih ada perluasan ketiga: satu bangunan lagi. Lebih bagus, lebih besar, dengan fasilitas AC.

Berarti kini ada tiga bangunan di Adi Jasa. Tiga bangunan itu bentuknya sama: bundar. Seperti rumah tenda bangsa Mongolia. Semua kamarnya dibuat menghadap ke luar. Kamar esnya di tengah, di pusat bangunan bundar kerangka baja itu.

Bentuk bundar tersebut bukan saja unik, tetapi juga solusi. Itu merupakan jalan keluar yang jitu. Agar adil. Agar tidak konflik. Semua kamar punya posisi yang sama: di depan. Semua kamar menjadi terhormat. Tidak akan ada jenazah yang merasa dinomorduakan. Atau merasa ditaruh di belakang.

Antar kamar itu juga hanya diberi penyekat geser. Ketika ada yang memerlukan dua kamar –karena kaya dan pelayatnya banyak– tinggal geser sekatnya.

Saya sering melayat ke Adi Jasa. Suatu kali saya lihat ada mayat yang menggunakan sampai enam kamar. Yang meninggal itu pasti pengusaha besar. Keluarganya besar. Relasinya luas.

Belakangan Adi Jasa mampu pula ekspansi ke bidang pendidikan. Adi Jasa mengakuisisi satu lembaga pendidikan tiga bahasa di Surabaya: Indonesia, Inggris, Mandarin. Namanya: Little Sun School. Di bawah Yayasan Cahaya Hati Ibu. Kini sekolah itu sudah berkembang ke tingkat SMP.

Semua itu diurus Koh Ou Yen. Bersama Chandra dan Anis Rungkat. Dua nama terakhir itu aktivis dan pengurus Barongsai yang andal.

Dia membantu istri saya agar bisa keluar cepat dari ruang vaksinasi. Dia mengantar sampai kami naik mobil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News