Simak Pengalaman Penderita Demensia Alzheimer, Akibat Stres Pekerjaan

Simak Pengalaman Penderita Demensia Alzheimer, Akibat Stres Pekerjaan
Tangkapan layar William Buntoro (72) yang terdiagnosis demensia Alzheimer mild stage pada tahun 2018. (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

Pakar neurologi sekaligus direktur Banner Sun Health Research Institute di Amerika Serikat Dr. Alireza Atri seperti dilansir dari CNBC menyebut COVID-19 dapat merusak pembuluh mikro di otak, merusak kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan.

Kondisi ini dapat memberikan akses lebih mudah pada hal-hal yang dapat membahayakan otak dan menyebabkan gejala gangguan neurologis seperti demensia, muncul lebih awal.

Sementara itu, menurut Kepala Eksekutif Alzheimer's Disease International (ADI) Paola Barbarino, pemahaman yang lebih jauh mengenai hubungan antara COVID-19 dan demensia dapat membantu pihak berwenang untuk mengelola peningkatan prevalensi demensia dan mengidentifikasi gejala sedini mungkin.

Dia mengatakan mengetahui gejala demensia memungkinkan orang untuk mencari lebih banyak informasi, saran dan dukungan, yang berpotensi mengarah pada diagnosis.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Mental, Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Dr. Celestinus Eigya Munthe menyebut deteksi dini sangat bermanfaat.

Paling tidak untuk mempertahankan daya ingat penderita.

Perlambatan perkembangan atau progresivitas penyakit juga dapat membantu mempertahankan kualitas hidup orang dengan demensia.

"Makin cepat menemukan orang dengan gejala demensia ini diharapkan banyak orang yang bisa dipertahankan daya ingatnya dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia," ucapnya.

William yang menderita demensia Alzheimer berbagi pengalaman, penyebabnya akibat stres pekerjaan.

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News