Singapura Longgarkan Perbatasan Mulai Awal September Untuk Beberapa Negara
Pendekatan tegas yang dilakukan Singapura untuk menurunkan kurva pandemi gelombang ketiga tampaknya mulai menunjukkan hasil.
Meskipun memiliki total kasus positif terbilang tinggi yaitu 56.000 kasus selama pandemi, atau lebih dari dua kali total kasus di Australia, namun hanya 27 orang yang meninggal dunia karena virus ini.
Sebagai perbandingan, negara bagian Victoria pada hari Minggu mencatat 17 kematian dalam satu hari.
Pekerja migran menjadi fokus tindakan pembatasan COVID-19, menyebabkan ribuan orang terpaksa mengurung diri dalam waktu lama di asrama mereka sejak April.
Banyak di antara mereka dipindahkan ke asrama tentara atau gedung olahraga serta rumah susun yang kosong, dan dikenai aturan ketat termasuk izin kembali bekerja.
"Para pengusaha harus memastikan pekerjanya meninggalkan asrama hanya untuk bekerja (jika mendapat izin untuk bekerja), menyiapkan perawatan medis darurat atau mengevakuasi asrama jika diminta pihak berwenang," kata Menteri Tenaga Kerja Zaqy Mohamad.
Tes massal juga dilakukan untuk pekerja migran, dan pada 19 Agustus pemerintah menyatakan "semua asrama pekerja migran telah dinyatakan bebas dari COVID-19".
Pemerintah menjanjikan asrama baru bagi para pekerja migran pada akhir tahun 2020, yang menyediakan ruang seluas 6 meter persegi per orang.
Setelah mengklaim berhasil mengendalikan penyebaran virus corona, Singapura berencana melonggarkan aturan bagi pendatang dari beberapa negara, termasuk Australia
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
- Dunia Hari Ini: Empat Warga India Tewas Tertimpa Papan Reklame
- Dunia Hari Ini: Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi, 37 Orang Tewas
- Singapore Tourism Board Luncurkan Kampanye Global