Sinyal Ekonomi Membaik

Sinyal Ekonomi Membaik
Sinyal Ekonomi Membaik

Terkait inflasi,  kata Difi, puncaknya sudah terlewati pada Juli lalu ketika melonjak hingga 3,29 persen. Pada Agustus, inflasi melandai di level 1,12 persen dan diperkirakan akan makin landai mulai September ini.

"Pengaruh inflasi musiman karena lebaran sudah jauh berkurang, demikian juga pengaruh inflasi akibat kenaikan harga BBM pada Juni lalu," ujarnya.    

Bagaimana dengan rupiah? Menurut Difi, fluktuasi nilai tukar sangat dipengaruhi oleh fundamental perekonomian Indonesia. Karena itu, seiring dengan membaiknya fundamental ekonomi seperti transaksi berjalan dan inflasi, maka tekanan terhadap rupiah pun diperkirakan akan berangsur mereda. 'Selain itu, akhir-akhir ini pasar valas antar bank mulai aktif lagi.

Artinya, bank-bank yang dulu menyimpan dolarnya, sekarang mulai berani melepas ke pasar,' terangnya.     

Karena itulah, lanjut dia, Rupiah yang sebelumnya selalu dalan tren depresiasi, kini dalam beberapa kesempatan sudah mulai menunjukkan penguatan. Fluktuasi selama ini pun dianggap BI masih sejalan dengan fundamental perekonomian Indonesia. "BI juga akan tetap melanjutkan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar," katanya.      

Sebagai gambaran, berdasar data BI yang mengacu Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor), rupiah yang pada Rabu dan Kamis lalu melemah signifikan sebesar 314 poin hingga menyentuh level 11.949 per USD, pada Jumat (13/9) menguat ke posisi 11.395 per USD.     

Sementara itu, di pasar spot, data kompilasi Bloomberg menunjukkan Jumat lalu rupiah menguat 118 poin atau 1,04 persen dan ditutup di level 11.232 per USD. Penguatan terhadap USD tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan mata uang utama di seluruh dunia.    

 Lalu, bagaimana kinerja perbankan? Difi mengakui, berbagai gejolak ekonomi saat ini membuat BI mengetatkan kebijakan moneter, termasuk dengan mengerek BI Rate. Hal itu sekaligus sebagai respons atas tingginya ekspansi kredit perbankan sepanjang paro pertama tahun ini.

JAKARTA - Ekonomi Indonesia yang terengah-engah karena tekanan bertubi-tubi, sepertinya akan mendapat kesempatan bernafas. Hasil kajian Bank Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News