Sirkuit Jakarta!

Sirkuit Jakarta!
Sirkuit Jakarta!
Pilgub Jakarta ternyata memang menarik. Fenomenal. Pertama, karena jumlah kandidatnya lumayan banyak: Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli (Partai Demokrat), Hendarji Supandji - Achmad Riza Patria (independen), Joko Widodo - Basuki "Ahok" Tjahja Purnama (PDIP - Gerindra), Hidayat Nurwahid - Didik J Rachbini (PKS, PAN), Faisal Basri - Biem Benyamin (independen) dan Alex Nurdin - Nono Sampono (Golkar, PPP, PDS).

 

Faktor kedua, pilgub DKI Jakarta kali ini dimeriahkan oleh hampir semua lembaga survei yang ada di negeri ini. Beberapa di antaranya ada yang menghasilkan angka-angka kontroversial, seperti melawan arus publik yang gandrung perubahan. Bahkan, ada lembaga survei yang yakin incumbent (Foke - Nachrowi) bakal memenangi pilgub dalam sekali gebrak, satu putaran. Seolah masyarakat tak mengharapkan Jakarta berubah setelah selama ini bergerak mundur, terutama jika dibandingkan dengan kota-kota metropolitan di negara lain.

 

Tapi, hasilnya kini, meskipun belum benar-benar final, keinginan masyarakat Ibukota tercermin dari hasil penghitungan cepat yang sudah dipublikasikan di media-media massa. Pasangan Jokowi - Ahok mengungguli pasangan yang dijagokan sejumlah lembaga survei.

 

Dari hasil penghitungan sementara pilgub DKI ini, kita juga melihat fenomena baru: iklan, rekayasa opini publik (survey), mobilisasi birokrasi, manipulasi DPT, yang di tempat lain bisa sukses memenangi pemilu, di Jakarta ternyata gagal total. Rakyat tetap menggunakan akal sehatnya dalam memilih.

 

PEMILIHAN gubernur (pilgub) DKI Jakarta periode 2012-2017 membuka sejarah baru dalam rezim pemilu di Indonesia. Pertarungan 6 (enam) pasangan calon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News