Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Lebih Berdimensi Politik Masa Depan

Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Lebih Berdimensi Politik Masa Depan
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Foto: JPNN.com/Ricardo

Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) Firman Manan mengatakan penolakan sistem proporsional tertutup harus ditindaklanjuti dengan partai tersebut menjawab kelemahan dari sistem pemilu yang kini berlaku, yaitu sistem proporsional terbuka.

“Delapan parpol menolak dan tetap pada sistem proporsional terbuka. Bukan hanya menolak sebetulnya, tetapi apa yang bisa dilakukan. Dalam konteks ini, misalnya kritik-kritik terhadap sistem proposional terbuka,” kata Firman, Jumat (13/1).

Kritikan itu misalnya politik uang dan juga kurangnya kedekatan parpol dengan masyarakat.

“Apa yang akan dan sedang dilakukan parpol, sehingga kalau di Pemilu 2024 masih tetap proporsional terbuka, maka parpol sedang melakukan langkah antisipatif. Sehingga para kadernya yang akan mencalonkan diri di Pileg tidak melakukan praktek-praktek politik uang,” jelas Firman.

Pria yang juga dosen politik di Universitas Padjajaran (UNPAD) ini menambahkan, bahwa proporsional terbuka menjauhkan partai dengan publik, karena kedekatannya dengan kandidat.

“Apa yang selama ini sudah dilakukan parpol dan apa yang akan dilakukan ke depan, sehingga Party ID kita bisa meningkat, dan kedekatan warga dan partai akan semakin baik,” kata Firman.

Bicara Party ID terkait dengan kinerja partai. Ditambah lagi level kepercayaan publik kepada partai relatif rendah.

“Apa yang sedang dan akan dilakukan parpol untuk mengembalikan kepercayaan publik, kemudian bagaimana parpol mendekatkan diri pada rakyat. Kalau itu yang dilakukan, itu lebih ideal,” tegas Firman.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

Menurut Ray Rangkuti, argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News