Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah

Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah
Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah
Setahu Haris, pemerintah sudah berulangkali melakukan pengukuran jembatan yang putus sepanjang 60 meter tersebut namun sampai saat ini belum juga dibangun jembatan yang layak dilalui. Bahkan pekan lalu saja ada orang yang datang mengukur nampun tak ada juga realisasinya. "Kalau hanya ukur mengukur warga juga bisa kok pak, kami butuh jalan tersebut diperbaiki," terang Haris.

Hal yang sama dirasakan oleh Sulkifli, siswa SMK 1 Molawe. Dirinya mengaku jarak sekolahnya dari jembatan kali Molawe yang rusak tersebut berkisar 150 meter. Ia pun harus berpikir ketika harus berputar mengunakan jalan lain karena hampir ratusan siswa tidak memiliki sepeda motor dan masih mengadalkan kaki untuk sampai ke sekolah tersebut.

Sulkifli yang saat itu masih mengenakan pakain seragam SMU menceritakan hal lain. Saat akan menyebrang ke desa tempat sekolahnya berada, ia dan rekan-rekannya harus mengantri bermenit-menit. Karena seluruh anak sekolah yang lewat diberikan perhatian khusus yaitu digratiskan tetapi dengan satu syarat harus ada sepeda motor yang naik di sampan tersebut. "Kalau motor membayar 2500 ribu rupiah jadi ada biaya jasa bagi pemilik sampan dan anak sekolah digratiskan," katanya dengan polos.

Dirinya juga mengatakan dari rumah ketika akan sekolah tidak mengenakan kaos kaki karena naik turun dari sampan kedua kakinya harus bersentuhan dengan air. Pasalnya sampan yang dinaiki tidak bisa langsung menyentuh daratan karena itu sepatu harus dilepas sebelum turun. Siswa-siswi ini berharap kepada pemerintah bisa sesegera mungkin diperbaiki jembatan tersebut. Karena para siswa yang setiap hari pergi-pulang sekolah punya perasaan kasihan kepada wanita-wanita yang bekerja sebagai penarik sampan selalu digratiskan.

WANGGUDU - Sudah jatu tertimpa tangga pula. Pribahasa tersebut sangat tepat dengan apa yang dialami oleh warga Kecamatan Molawe. Belasan investor

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News