Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah

Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah
Siswa Harus Naik Sampan ke Sekolah
Bukan hanya siswa murid yang akan sekolah saja diberikan gratis menaiki sampan tersebut namun para guru-guru yang akan mengajar pun diberikan gratis sebagai wujud perhatian karena telah sudah mengajar anak-anak warga di Kecamatan Molawe untuk tetap sekolah dan menjadi anak pintar dan cerdas. Siti Aisah, seorang guru Sekolah Dasar (SD) Mowundu mengatakan sudah lebih dua tahun ia dan rekannya mengunakan sampan untuk menyebrang ke tempat mengajarnya. Sejak itu juga dirinya tidak pernah memberikan upah jasa kepada pemilik rakit yang semuanya ibu rumah tangga. Pasalnya setiap kali hendak dibayar selalu saja menolak dan berkata 'tolong anak saya dididik dengan baik'.

Ucapan ibu rumah tangga yang tak kenal lelah tersebut selalu terlintas dibenak Siti Aisah ketika mengunakan jasa rakit tersebut. Hampir setiap hari guru-guru yang mengajar di Desa Mowundo terlambat karena harus antri pula menaiki sampan. Metodenya sama yang dirasakan siswanya, harus menunggu sepeda motor yang naik barulah sampan bisa berjalan. "Ya sama dengan siswa juga nanti ada motor yang naik barulah sampannya jalan karena saya juga kasiahan kalau ibu-ibu tersebut mengerakan sampannya tak ada pemasukan sekali berjalan,"kata Siti yang masih berstatus gadis itu.

Jika musim hujan dan air tiba-tiba pasang mau tak mau siswa ada sebagian yang tidak masuk sekolah karena sampan-sampan atau lasim di sebut rakit tersebut tak berani menantang derasnya air kali Molawe. Jika dipaksakan maka akan jatuh korban karena sampan bisa saja terbalik. Siti mengatakan pernah mengalami kejadian dalam sebulan dirinya empat kali tidak mengajar siswanya karena saat itu kondisi air kali Molawe cukup deras. Tepat pukul 12.00 Wita saat itu dirinya harus pulang kerumah karena kondisi air tak juga surut.

Dengan begitu, jumlah siswa 106 itu ada yang belajar dan ada juga yang tidak. Karena dari 12 guru di SD Mowundo hanya satu orang yang berdomisili di Mowundo sedangkan yang lainya dari desa Molawe. Siti pun merasakan jika dirinya harus melepas sepatu ketika akan menaiki sampan tersebut karena jika tidak maka sepatunya akan basah. Para orang tua murid pernah juga rapat di sekolah untuk mencarikan solusi agar jembatan kayu tersebut diperbaiki. Hasilnya semua orang tua siswa setuju namun mereka kembali berpikir jika jembatan tersebut sudah bagus maka dipastikan akan dilalui kendaraan tambang lagi. "Pasti usia jembatan tersebut tidak lama," pungkas guru yang berusia 26 tahun ini.

WANGGUDU - Sudah jatu tertimpa tangga pula. Pribahasa tersebut sangat tepat dengan apa yang dialami oleh warga Kecamatan Molawe. Belasan investor

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News