Situasi di Marawi Makin Ngeri

Situasi di Marawi Makin Ngeri
Foto: AFP

Berdasar paparan jurnalis kantor berita Reuters, delapan jenazah di ngarai itu dibunuh secara sadis. Tangan mereka diikat ke belakang dan peluru menembus kepala masing-masing. Salah satu jenazah terdapat tulisan munafik.

Militer beranggapan bahwa Maute sengaja mengeksekusi penduduk agar mendapatkan pengakuan dari militan Isamic State (IS) alias ISIS. Sama halnya dengan kelompok Abu Sayyaf, Maute menyatakan dukungannya untuk ISIS.

Baku tembak masih memanas kemarin. Pemerintah Filipina mengirimkan pasukan darat tambahan untuk merebut Marawi.

Beberapa helikopter yang diterjunkan ke lokasi menembakkan sedikitnya delapan roket ke arah persembunyian militan. Asap membubung tinggi di berbagai titik dan pesawat pengintai terus berputar-putar di langit Marawi.

”Penolakan mereka untuk menyerah membuat kota menjadi tersandera. Karena itu, kini kian penting untuk meningkatkan penggunaan operasi serangan udara demi membersihkan dan mengakhiri pemberontakan secepatnya,” tegas Juru Bicara Militer Filipina (AFP) Brigjen Restituto Padilla.

Penduduk yang ketakutan melarikan diri ke tempat yang dianggap aman. Beberapa penduduk membawa tongkat berbendera putih untuk membedakan diri dengan militan.

Mereka takut tentara yang bersembunyi di balik gang dan tank-tank baja akan menembak jika lari begitu saja tanpa penanda apa pun. Mayoritas penduduk melarikan diri sejak Rabu (24/5).

Di lain pihak, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menggelar konferensi pers kemarin. Dia menjelaskan, kelompok Maute hanya memiliki 260 anggota. Namun, dalam pertempuran di Marawi, mereka dibantu para penjahat setempat.

Kekuatan militer Filipina belum mampu mengalahkan kelompok militan Maute di Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Kepulauan Mindanao.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News