Skandal E-Mail Guncang Partai Demokrat, Nama Rusia Terseret

Skandal E-Mail Guncang Partai Demokrat, Nama Rusia Terseret
Debbie Wasserman Schultz. Foto: AFP

Di mata senator asal Negara Bagian Vermont tersebut, Wasserman Schultz tidak netral sejak awal. Karena itu, dia tidak heran jika sosok berambut keriting tersebut terlibat dalam persekongkolan untuk mencuranginya. ’’Saya harap kepemimpinan Demokrat berikutnya lebih baik. Setidaknya tidak berat sebelah dalam proses pemilihan calon presiden seperti kompetisi 2016 ini,’’ kata Sanders.

Lewat ribuan e-mail yang bocor ke publik belum lama ini, terungkap bahwa para petinggi Demokrat memang menginginkan kekalahan Sanders. Tidak sekadar menginginkan, segelintir orang bahkan sampai menciptakannya. Termasuk menyebarkan rumor tentang agama Sanders. Di negara-negara bagian yang para penduduknya religius dan konservatif, diembuskan kabar tentang Sanders yang ateis.

Hingga Jumat waktu setempat (21/7), lebih dari 19.000 e-mail tentang persekongkolan anti-Sanders terbongkar. Surat-surat elektronik yang dipublikasikan WikiLeaks tersebut membuktikan kecurigaan Sanders selama ini tentang kampanye yang tidak adil. Sejak awal dia mengatakan bahwa Demokrat tidak menginginkannya jadi capres.

Meski demikian, Sanders legawa. Dia tetap tidak mengubah dukungannya terhadap Clinton. ’’Kita tetap harus menobatkan Hillary Clinton sebagai capres,’’ ucapnya. 

Secara terpisah, kubu Clinton mulai menelisik keterlibatan Rusia dalam skandal e-mail yang bocor tersebut. Mereka curiga ada orang-orang tertentu yang sengaja membongkar skandal itu menjelang konvensi hanya agar Trump terlihat lebih baik. ’’Ada kabar tentang campur tangan Rusia dalam kasus ini,’’ jelas Robby Mook, ketua tim kampanye Clinton. (afp/reuters/cnn/bbc/hep/c15/any/adk/jpnn)


PHILADELPHIA  - Skandal surat elektronik memukul Partai Demokrat jelang pembukaan konvensi nasional partai tersebut. Akibatnya cukup telak,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News