Skors Tidak Selalu Tegas

Skors Tidak Selalu Tegas
Skors Tidak Selalu Tegas
Tidak hanya itu, Keira juga mengumumkan bahwa pelatih Mamadi Souare serta dua tangan kanannya, Fode Laye Camara dan Mandjou Diallom, dipecat setelah hanya empat bulan menjabat. Pelatih sebelum Souare, Robert Nouzzaret, juga dipecat presiden negara di Afrika Barat itu, Moussa Dadis Camara.

Kendati kasus di Guinea dan Iraq sama-sama melanggar independensi, FIFA menerapkan kebijakan berbeda. Tidak ada sanksi dari FIFA kepada Federasi Sepak Bola Guinea (FGF). FIFA juga tidak pernah memberikan alasannya. Inkonsistensi FIFA juga terlihat ketika memperbolehkan timnas wanita Iraq berpartisipasi dalam festival sepak bola Asia U-16 pada 22-29 November 2009 di Jordania. Saat itu, IFA baru beberapa hari menjalani skors FIFA. Berhubung inkonsistensi itu positif, FIFA luput dari cecaran media.

Iran, negara tetangga Iraq, juga "diuntungkan" karena inkonsistensi FIFA. Gara-gara terlambat menggelar kongres untuk membentu kepengurusan baru, Federasi Sepak Bola Iran (FFIRI) diskors pada 22 November 2006. Alhasil, Iran tidak boleh mengirim tim sepak bola ke luar negeri di berbagai level. 

Masalahnya, timnas U-23 Iran di bawah asuhan pelatih Brazil Rene Simoes telanjur mempersiapkan diri untuk berlaga di Asian Games di Doha, Qatar. Laga perdana Team Melli junior itu pun tinggal tujuh hari setelah skors. Sebagai juara bertahan di dua Asian Games sebelumnya, Iran tentu keberatan harus menarik diri.

BAGI FIFA, independensi adalah harga mati. Pasal 17 ayat dua statuta FIFA menyebutkan apabila anggota FIFA harus mampu menjaga independensi di negaranya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News