Soal Pelabelan BPA pada Galon, BPOM Seharusnya Membuat Penelitian Komprehensif

Soal Pelabelan BPA pada Galon, BPOM Seharusnya Membuat Penelitian Komprehensif
Ketua Dokter Indonesia Bersatu (DIB) Eva Sridiana Chaniago. Foto: Dokumentasi pribadi

Sebelumnya beberapa pakar telah menyampaikan suara penentangan atas isu yang menghubungkan penggunaan air minum dari galon guna ulang dengan autisme.

Pakar pendidikan autisme, Imaculata Umiyati mengatakan, penyebab anak menjadi autis masih multifaktor. Dia membantah berita yang menautkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat.

Menurutnya, selama AMDK sudah mendapatkan izin sudah pasti aman dikonsumsi. “Kalau tempat atau wadahnya aman dan minuman tidak mengandung gula, pewarna, tentu aman,” katanya.

Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Bernie Endyarni Medise sebelumnya menegaskan bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengonsumsi air galon guna ulang.

Menurutnya, penyebab pastinya anak autis masih belum diketahui. Yang baru diketahui adalah anak auitis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.

Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Alamsyah Aziz mengatakan sampai saat ini tidak pernah menemukan pengaruh BPA terhadap janin.

Menurutnya, kelainan bawaan yang terjadi pada anatomi janin itu memang bisa disebabkan karena adanya exposure dari bahan-bahan yang berbahaya, termasuk BPA jika jumlah yang masuk ke dalam tubuh itu cukup tinggi, misalnya mencapai 250 miligram.

“Namun, kenyataannya, yang ditemukan pada ibu hamil, pada janin, itu sangat jauh di bawah rata-rata batas aman keamanan yang sudah ditetapkan BPOM, yaitu sebanyak 600 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Jadi, migrasi BPA yang terjadi pada galon guna ulang itu sangat di bawah batas keamanan,” ujar dokter spesialis kandungan itu.

Upaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan pelabelan BPA pada galon guna ulang dinilai beberapa kalangan tidak tepat waktu dan diskriminatif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News