Soeharto dan Lagu Dangdut 'Tidak Semua Laki-Laki' Basofi

Soeharto dan Lagu Dangdut 'Tidak Semua Laki-Laki' Basofi
Presiden Kedua RI Soeharto sedang menelepon di kantornya di Bina Graha, Jakarta Pusat. Foto: Antara Foto

Kepala Staf Kodam Bukit Barisan periode 1986-1987 itu mengaku mengetahui hal tersebut saat dipanggil oleh Wiyogo.

Menurut Basofi, kala itu Wiyogo langsung memeluknya erat-erat. Gubernur DKI Jakarta periode 6 Oktober 1987 – 6 Oktober 1992 itu langsung mengaku salah.

“Wah, Pak Basofi, ternyata saya salah, Pak Harto justru tertawa mendengar laporan saya,” cerita Pak Bas -panggilan akrabnya- menirukan tuturan Wiyogo.

“Menurut Pak Harto langkah yang dilakukan Pak basofi sudah bagus. Untuk melakukan komunikasi dengan rakyat harus dengan cara yang merakyat pula, antara lain melalui kesenian. Jadi, cara Pak Basofi silakan diteruskan,” imbuh tokoh yang akhirnya menjadi gubernur Jawa Timur periode 1993–1998 itu menukil ucapan Wiyogo.

Basofi pun merasa bersyukur karena Pak Harto memperhatikan cara-caranya mendekati masyarakat.

Menurut dia, pada waktu itu para pejabat sering kali memberikan penafsiran sendiri terhadap hal yang diinginkan atau tidak diinginkan Pak Harto.

Namun, suara Golkar pada Pemilu 1992 bertambah dibandingkan saat Pemilu 1987. Basofi juga tidak mengetahui seberapa besar efek lagu ‘Tidak Semua Laki-Laki’ dalam mengerek suara partai yang menjadi juara di pemilu di era Orde Baru itu.

Namun, tak lama setelah Pemilu 1992, Basofi dipanggil menghadap Pak Harto.

Basofi Sudirman mengisahkan para pejabat di era Orde Baru sering kali memberikan penafsiran sendiri terhadap hal yang diinginkan atau tidak diinginkan Soeharto.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News