Soemarsono, Si Pengusul 10 November Hari Pahlawan Berpulang

Soemarsono, Si Pengusul 10 November Hari Pahlawan Berpulang
Soemarsono. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.

Malam di bulan puasa 2010 itu. Ketika disinggung soal pertempuran 10 November, Soemarsono berkomentar, “ceritanya tidak persis seperti yang selama ini ditulis pelajaran sejarah.” 

Menurut dia, peristiwa 10 November 1945 di Surabaya adalah hukuman dari tentara imprealis atas pertempuran yang meletus beberapa hari sebelumnya. “Itu balas dendam yang keji.”

Cerita bermula ketika sekitar 10 orang pemuda mendatangi rumahnya di Jl. Peneleh.

Saat itu dirinya menjabat Ketua Pemuda Minyak Surabaya. “Mereka mengabarkan tentang pengibaran bendera Belanda di puncak Hotel Orange. Mereka menuntut saya segera bertindak. Hari itu tanggal 19 September 1945,” kenang Bung Son, demikian pemuda Suarabaya menyapanya. 

Bersama kawan-kawannya, Soemarsono berjalan kaki menuju Jl. Tunjungan. Sepanjang jalan mereka bersorak menyerukan perlawanan.

“Banyak yang ikut. Baik itu tukang becak maupun  pedagang. Sampai di depan hotel sudah ratusan orang.” 

Dari dalam hotel muncul seorang Belanda berperawakan besar mengayun-ayunkan tongkat besar.

Massa yang diamuk marah berteriak, “turunkan bendera itu!”

Tak hanya memimpin perang 1945 di Surabaya, dia-lah yang mengusulkan 10 November jadi Hari Pahlawan. Soemarsono meninggal di Sydney, kemarin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News