Solar Langka, Produksi Semen Anjlok

Solar Langka, Produksi Semen Anjlok
Solar Langka, Produksi Semen Anjlok
PADANG - Bukan hanya sopir truk rupanya yang mengeluhkan kelangkaan solar yang hampir merata di seluruh SPBU di Sumatera Barat (Sumbar) tiga minggu terakhir. Mereka yang berkepentingan dengan distribusi barang, khususnya melalui Pelabuhan Teluk Bayur, juga kelimpungan. Padahal, Pelabuhan Teluk Bayur dikenal sebagai sumber perputaran ekonomi Sumbar.

jpnn.com - 
"Seluruh angkutan dari dan ke pelabuhan tersebut menggunakan solar nonsubsidi. Karena itu, dampak kelangkaan solar langsung terasa," kata General Manager Pelindo II Dalsaf kemarin (23/4). Sejak suplai solar terputus, kata Dalsaf, banyak kapal yang terlambat berlayar. Hampir semua kapal pengangkut kontainer makan dan minuman, kargo bahan bangunan, kargo barang elektronik, kargo pupuk, serta kargo bahan kelontong terlambat datang. "Arus barang keluar yang terganggu adalah ekspor semen, CPO (crude palm oil, Red), batu bara, dan cangkang," jelasnya.



Ketika ditanya estimasi kerugian Pelindo karena kelangkaan solar belakangan, Dalsaf belum bisa memastikan. "Yang jelas, sejak solar langka, para pemilik kapal dan pemilik barang rugi cukup besar. Sebab, mereka harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk membayar biaya kapal selama delay," tuturnya. 



Ketua Koperasi Angkutan Barang Pelabuhan (Kopanbapel) Teluk Bayur Syafrizal juga menyatakan bahwa armada angkutan yang dikelolanya tak bisa beroperasi lantaran tidak ada solar. "Ada 400 armada di pelabuhan. Tapi, hanya sebagian yang beroperasi. Yang lain terpaksa bergantian antre solar di SPBU dekat pelabuhan," tuturnya.



Antre bergiliran itu, kata Syafrizal, harus dilakukan agar bongkar muat di pelabuhan tidak terhenti total. "Sebab, kalau bongkar muat terhenti, ekonomi Sumbar yang berpusat di pelabuhan akan kolaps," terangnya. 



Di sisi lain, Direktur Pemasaran PT Semen Padang (SP) Benny Wendry mengatakan bahwa kelangkaan solar yang terus berlanjut membuat pabrik semen tertua di tanah air itu merugi. Salah satu kerugian yang dirasakan PT SP, kata Benny, adalah terganggunya distribusi semen ke berbagai daerah. "Sebab, truk yang mendistribusikan semen terpaksa antre di SPBU. Kadang antrenya sampai dua hari," ucapnya.



Dampak lainnya, produksi semen turun drastis dari sebelas ton menjadi delapan ton per hari. "Artinya, ada kekurangan tiga ribu ton yang nilainya sekitar Rp 3 miliar per hari," jelas Benny. (zil/jpnn/c8/soe)


PADANG - Bukan hanya sopir truk rupanya yang mengeluhkan kelangkaan solar yang hampir merata di seluruh SPBU di Sumatera Barat (Sumbar) tiga minggu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News