Sosialisasikan Empat Pilar, Mahyudin Bercerita soal Kopi Luwak di Era Kolonial

Sosialisasikan Empat Pilar, Mahyudin Bercerita soal Kopi Luwak di Era Kolonial
Wakil Ketua MPR Mahyudin pada acara sosialisasi Empat Pilar di Kota Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (5/3). Foto: MPR

Mahyudin mencontohkan penemuan kopi luwak secara tidak sengaja pada masa kolonial. Menuruttnya, Belanda memaksa petani di tanah air menanam kopi.

Namun, Belanda melarang petani meminum kopi yang kala itu harganya sangat mahal. Kala itu, petani hanya diizinkan mengonsumsi kopi yang berasal dari kotoran luwak.

Ternyata justru biji kopi yang telah dimakan luwak punya nilai lebih. Bahkan harganya mahal, sehingga kini petani kopi memelihara luwak.

“Itulah penjajahan. Oleh karena itu masyarakat kita sepakat untuk merdeka sebagai jembatan emas untuk membawa kita dari bodoh menjadi pintar, dari miskin menjadi kaya, dari terbelenggu menjadi bebas,” katanya.

Hanya saja, tutur Mahyudin, kini masyarakat malah terlalu bebas. Padahal, katanya, kebebasan tetap harus taat aturan.

Mahyudin mencontohkan maraknya hoaks. Bahkan, masyarakat kini kerap mengumbar caci maki melalui media sosial.

“Apalagi menjelang pemilu ini segala cara dihalalkan. Jangan sampai kita kembali ke zaman jahiliah,” katanya berpesan.

Karena itulah Empat Pilar menjadi penting. “Jangan gunakan kedaulatan itu untuk korupsi,” ungkap Mahyudin.

Wakil Ketua MPR Mahyudin menyatakan, masyarakat telah menikmati kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan, keringat, darah dan air mata. Namun, kini kebebasan tetap harus sesuai aturan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News