Sosok JS Badudu di Mata Menteri Anies

Sosok JS Badudu di Mata Menteri Anies
JS Badudu. Foto: Tempo

jpnn.com - JAKARTA--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya  pakar bahasa Indonesia Jusuf Sjarif Badudu alias JS Badudu.                       

"Bangsa Indonesia sangat kehilangan tokoh Bahasa Indonesia JS Badudu, yang saya dengar kabarnya wafat Sabtu (12/3) malam waktu Indonesia," kata Mendikbud yang mendengar kabar saat dirinya dalam perjalanan dari Bulgaria ke Dubai. 

Di Bulgaria Anies hadir sebagai pembicara dalam Konferensi UNESCO tentang  Nilai Pemersatu. Sementara di Dubai Mendikbud menjadi pembicara dalam Global Education Forum.                                 
        
"Baru saja di konferensi UNESCO di Bulgaria saya bicara tentang Bahasa Indonesia sebagai salah satu simpul terkuat dalam persatuan bangsa, keputusan yang disepakati 17 tahun sebelum kemerdekaan. Dan saat pulang, justru mendengar kabar duka ini, berpulangnya tokoh bahasa kita. Saya sampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga," ujarnya.

Menurut Anies,‎ dedikasi JS Badudu sangat luar biasa. Bahasa Indonesia dulu bukanlah bahasa mayoritas, namun disepakati bersama menjadi bahasa pemersatu karena sifatnya yang egaliter. Namun sebenarnya Bahasa Indonesia saat itu tak sekaya berbagai bahasa lain yang sudah lebih mapan.

"JS Badudu berjuang gigih dan berjasa sangat besar dalam membentuk fondasi Bahasa Indonesia dan mengembangkannya hingga seperti sekarang. Pak Badudu sudah melakukan porsinya secara luar bisa. Kini bagian kita memperkaya bahasa Indonesia," kata Anies menambahkan.          
.                    
JS Badudu meninggal dunia Sabtu malam (12/3) pukul 22.10 WIB karena sakit, dalam usia 89 tahun, di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.  Tokoh bahasa Indonesia ini lahir di Gorontalo 19 Maret 1926. 

Almarhum JS Badudu meninggalkan 9 anak, 9 menantu, 23 cucu, dan 2 cicit. Istri Almarhum istri, Eva Henriette Alma Koroh, sudah terlebih dahulu meninggal dunia pada 16 Januari 2016.‎ (esy/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News