Spirit Ki Hajar Menghilangkan Kastanisasi, Sayang Kurang Dimaknai Para Guru 

Spirit Ki Hajar Menghilangkan Kastanisasi, Sayang Kurang Dimaknai Para Guru 
Pengamat pendidikan yang juga pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) M. Nur Rizal. Foto dokumentasi GSM

Dia memaparkan sekolah perlu mendapatkan kesempatan yang setara dan diperlakukan sama, baik sekolah besar, favorit atau bukan.

Jadi, tidak dibeda-bedakan oleh takaran sumber daya infrastruktur, guru, dan muridnya sehingga tidak adanya kastanisasi di komunitas GSM itu sendiri.

Dukungan nyata pada GSM tampak dari hadirnya undangan yang justru dikeluarkan langsung oleh Dinas Pendidikan kota Yogyakarta, serta perencanaan ke depan untuk membangun kegiatan di komunitas SD secara serius dan sistematis. 

Ada tiga hal yang dibangun di dalam komunitas GSM. Pertama, adanya ruang kemandirian bagi setiap guru dan kepala sekolah untuk membentuk jiwa-jiwa yang merdeka dalam membuat kurikulum sekolahnya sendiri. Serta perencanaan pembelajaran sendiri yang disesuaikan kebutuhan serta keunikan muridnya. 

Kedua, adanya peningkatan kapasitas diri setiap guru dalam hal profesionalisme, kompetensi, karakter, dan mindset. Ketiga, aktivitas bertukar praktik baik para guru dalam mengajar agar tercipta kualitas mengajar sebaik mungkin.

"GSM memiliki ideologi Sekolah 0.4 untuk membangunkan spirit sekolah dengan kembali mendidik manusia agar siswa menemukan versi terbaiknya," tuturnya.

Keberhasilan GSM dibuktikan dengan adanya pernyataan dari Sarmidi selaku koordinator Pengawas kota Yogyakarta, dan Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Yogyakarta. Menurutnya GSM menggunakan pendekatan sangat tepat dan bagus dengan pembelajaran untuk memanusiakan manusia,” kata Sarmidi.(esy/jpnn)

Pengamat pendidikan menyampaikan sprint Ki Hajar Dewantara bisa menghilangkan kastanisasi pendidikan, tetapi kurang dimaknai para guru


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News