Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan

Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan
Tentara Sri Lanka berjaga di depan salah satu masjid di Kolombo. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Masjid Dawatagaha Jumma, Kolombo, Sri Lanka, tampak lengang Jumat lalu (26/4). Yang salat Jumat hanya sekitar 100 orang. Biasanya, jamaah sampai tujuh kali lipat.

Peribadatan pun singkat. Khotbah tak sampai 15 menit, padahal biasanya sejam. Jamaah juga diimbau tak lama-lama berada di sekitar masjid. Polisi dan anjing pelacak masih berkeliaran. Sebab, masih ada rumor tentang bom mobil di sekitar masjid.

"Alasan kami di sini adalah memberikan doa khusus untuk para korban bom gereja," ujar Reyyaz Salley, kepala pengurus Dawatagaha Jumma, kepada Agence France-Presse.

Baca Juga:

Salley bersama 100 jamaah merupakan kelompok muslim Kolombo yang memberanikan diri muncul di muka publik. Sebagian besar masjid meniadakan ibadah tersebut. Mereka takut menjadi korban persekusi atau bahkan sasaran serangan balasan.

"Kami ingin memberikan pesan kepada para ekstremis. Kami tidak akan takut," tegasnya.

BACA JUGA: Umat Katolik Sri Lanka Masih Ketakutan, Warga Muslim Resah

Sebagian besar kaum muslim seakan ingin membuktikan bahwa mereka kaum moderat dan toleran. Poster-poster yang diangkat jamaah pun menegaskan itu. Ada yang mengutuk serangan bom bunuh diri. Ada pula yang menawarkan masjid sebagai tempat misa sementara waktu.

Namun, citra mereka kadung tercoreng. Ada teroris yang membawa nama-nama agama dan menyerang tiga gereja serta empat hotel. Jumlah korban tewas menembus angka 250. "Banyak korban yang termutilasi," ujar Menteri Kesehatan Sri Lanka Rajitha Senaratne.

Bagi Sri Lanka dulu, terorisme berkedok Islam merupakan hal asing. Jauh dari pikiran. Teror bom di hari Paskah mengubah semua itu

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News