Stop KPR Inden, Risiko Developer Makin Besar

Stop KPR Inden, Risiko Developer Makin Besar
Stop KPR Inden, Risiko Developer Makin Besar
Kendati demikian, bisnis properti masih tertolong daya beli masyarakat, sehingga sekarang pertumbuhannya cenderung stabil dibandingkan sebelumnya. "Segmen investor memilih pergi dari sektor properti, tapi sebagian ada yang bertahan. Sedangkan end user yang memang memerlukan rumah tetap ada," jelas dia.

       

Sedangkan, aturan lain menyangkut uang muka KPR secara progresif dia menilai memberatkan konsumen. Tidak hanya konsumen menengah bawah, tapi semua segmen bakal terpengaruh. "Terutama konsumen yang memang membeli rumah untuk keperluan tempat tinggal. Berbeda dengan spekulan yang berniat untuk investasi. Aturan tersebut tidak menjadi masalah, karena dari sisi uang mereka sudah siap," urainya.

       

Makanya, risiko gagal bayar makin besar. Tapi biasanya sebelum terjadi gagal bayar, konsumen memilih menjual properti yang dimiliki. Sutoto menyebut, rata-rata kasus gagal bayar hanya satu persen. "Kalau sekarang kasus gagal bayar bisa jadi nol karena kondisi properti sedang bagus. Indikatornya kenaikan harga diikuti dengan kenaikan permintaan properti," urai dia.

       

Marketing Manager Hotel, SOHO, dan Apartemen Ciputra World Surabaya Tutut Gunaedi menambahkan membengkaknya harga komponen impor berpotensi mengerek harga apartemen. "Ke depan, harga proyek apartemen baru bakal jauh lebih tinggi ketimbang sekarang. Makanya sekarang ini kesempatan membeli apartemen," katanya. (res/oki)

SURABAYA - Rencana Bank Indonesia (BI) melarang penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) secara inden bakal membuat risiko developer makin besar.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News