Suami-Istri Asal Australia Bantu Anak Telantar di Halmahera
"Kami sudah melihat kemajuan, karena memang yang kami ingin lakukan dulu adalah membangun Maluku."
Meski ketika awal didirikan Hohidiai banyak menerima bantuan dari tim medis luar negeri, kini semua dokter dan perawat yang bertugas di Hohidiai adalah warganegara Indonesia.
"Dulu awal baru didirikan, memang ada tim medis [dari luar negeri] yang membantu karena kami membutuhkan bantuan mereka," kata Esther.
"Sekarang semua perawat dan bidan adalah orang Indonesia."
"Tapi memang itulah keinginan kami, untuk membantu memberikan pelatihan untuk dokter-dokter di Indonesia dengan cara membiayai kuliah mereka ke universitas yang baik," tambahnya.
Selain membiayai kuliah, Hohidiai juga memberikan kesempatan bagi sarjana kedokteran Indonesia untuk melakukan praktek di sana.
Menolong sesuai keahlian
Di tengah banyaknya sukarelawan dari Australia dan Amerika Serikat di Hohidiai, Raymond yang bekerja sebagai guru di Australia menyumbang kontribusi sesuai bidang keahliannya.
"Ada informasi dari kepala sekolah kalau mereka perlu keterampilan konseling untuk guru," kata Raymond yang adalah Sarjana Psikologi dari Universitas Atmajaya Jakarta.
Anak-anak terlantar dan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Maluku Utara mendapatkan secercah harapan untuk masa depan melalui uluran tangan pasangan dari Australia, Peter dan Esther Scarborough
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka