Sudah Cukup Mas, Saya tak Tahan

Sudah Cukup Mas, Saya tak Tahan
Sudah Cukup Mas, Saya tak Tahan. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

Bisa dibilang, pengeluaran terbesar belanja rumah tangganya adalah karena barang-yang rusak akibat amukan Donwori.

“Udah ngalah-ngalahin belanja keperluan dapur iku, perlu dianggarkan dewe,” lanjut Karin, senewen.

Meski sudah biasa melihat barang-barangnya hancur begitu, Karin tetap diam saja. Di pikirannya, mungkin suatu saat suaminya bisa berubah seiring umur pernikahan yang semakin matang.

Eh rupanya, harapannya cuma harapan. Selama tiga tahun itu, suaminya kerap menunjukan sikap temperamennya. Apalagi ketika suaminya ini banyak pikiran.

Meski kebal amukan, lanjutnya, Karin tak bisa terima ketika suaminya ini memperlakukan orang tuanya dengan kasar. Eh ndilalah, suatu hari kejadian juga.

Ceritanya, Donwori yang sedang main ke rumah mertua marah gara-gara sepatunya dipindahkan ke tempat lain. Tak ngerti unggah ungguh, kalau peribahasa jawanya, dia memarahi ibu Karin saat itu.

“Kok berani-beraninya dia menghardik ibukku. Dibilangnya gitu aja dipindahkan. Apa takut rumahnya kotor. Wes Mbak... tapi seluruh hewan di kebun binatang diucapkan semua,” imbuhnya.

Gara-gara kemarahan yang tak kira-kira ini juga, Karin langsung memutuskan untuk menceraikan suaminya. Bagaimana bisa jadi bapak kalau kelakuannya kasar seperti itu. Tak bisa dicontoh.

Donwori mendapatkan perlakuan setimpal atas perbuatannya yang tempramental kepada Karin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News