Sudah Dua Kali Jokowi Diminta Menegur Negara Pengirim Limbah B3 ke Indonesia

Sudah Dua Kali Jokowi Diminta Menegur Negara Pengirim Limbah B3 ke Indonesia
Sudah Dua Kali Jokowi Diminta Menegur Negara Pengirim Limbah B3 ke Indonesia

Ecoton mencatat limbah non-kertas pada peti kemas yang diklaim sebagai sampah kertas itu tidak tanggung-tanggung - bisa mencapai 40 persen.

Praktek ini terkonfirmasi dengan temuan selisih data ekspor impor sampah yang dikumpulkan oleh Bali Fokus yang juga anggota dari Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI).

Selama 2014-2018, Bali Fokus mencatat jumlah sampah impor yang dilaporkan negara eksportir selalu lebih tinggi ketimbang angka yang dilaporkan perusahaan importir.

Pada 2014, angkanya mencapai 145.593 ton dari catatan pengekspor. Sementara data sampah impor: 107.423 ton.

Perbedaan yang lebih mencolok terjadi tahun lalu. Negara eksportir mencatat 402.913 ton sampah diekspor ke Indonesia; sebaliknya, sampah yang tercatat masuk hanya 320.452 ton.

Menurun pasca re-ekspor

Menyusul ramainya sorotan media terhadap isu sampah impor, pemerintah melalui instansi terkait tampaknya mulai meningkatkan pengawasan di pelabuhan dan melakukan re-ekspor atau mengirim balik kontainer yang ketahuan bercampur dengan limbah non-kertas.

Pada pertengah Juni lalu misalnya, otoritas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya melakukan re-ekspor lima kontiner asal AS.

Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Perak Basuki Suryanto mengatakan pihaknya juga akan memulangkan 8 kontainer limbah asal Australia dan puluhan kontainer dari negara lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News