Suhu Besar

Oleh: Dahlan Iskan

Suhu Besar
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Mahayana, wanita juga bisa menjadi suhu. Seperti di vihara Jalan Pasar Besar Surabaya itu. Suhunya wanita: Citta Wirya. Dia alumnus universitas Kristen HKBP Nommensen, Medan.

Baca Juga:

Tantrayana berkembang di Tibet. Ulamanya disebut Lama. Boleh makan daging binatang. Di Tibet tumbuhan sulit hidup. Ajarannya lebih diwarnai politik. Tiga-tiganya punya ajaran pokok: berbuat baik, menolong orang, tidak menyakiti orang lain, memiliki jiwa yang tenang.

Tiga-tiganya menyebar sampai ke Indonesia. Tapi yang terbanyak adalah Theravada dan Mahayana. Dua-duanya pun masih terpecah-pecah lagi ke sub aliran. Begitulah agama: termasuk juga Islam dan Kristen.

Vihara Mahayana di Medan itu, saking besarnya, disebut Mahavira. Tapi untuk Indonesia pusat Mahayananya ada di Vihara Jalan Lodan, dekat Ancol. Saya dua kali ke situ.

Bicara dengan Suhu Besar Hui Siung asyik sekali. Terutama soal sejarah perkembangan agama Buddha. Pendapatnya berbeda dengan anggapan umum selama ini. Katanya: agama Buddha menyebar dari Indonesia ke mana-mana. Termasuk ke Tiongkok. Sedang pendapat umum mengatakan Buddha menyebar ke Indonesia dari Tiongkok.

Suhu Besar menceritakan Palembang-lah asal Buddha yang menyebar ke mana-mana. Palembang di masa jaya Sriwijaya, adalah salah satu pusat peradaban dan kebudayaan Asia. Dan yang disebut Palembang masa itu belum tentu kota Palembang hari ini.

Bisa jadi Palembang yang dimaksud adalah Muaro Jambi –yang sungainya sampai ke Palembang sekarang.

Jadi kalau ada yang berpendapat pusat kerajaan Sriwijaya itu di Muaro Jambi bisa jadi benar. Tapi yang mengatakan pusat Sriwijaya itu di Palembang juga betul. Hanya saja pengertian Palembang zaman itu berbeda dengan Palembang masa sekarang.

SAYA memanggilnya Suhu Besar. Ketika transit satu malam di Medan Kamis lalu saya mampir ke viharanya: vihara Buddha terbesar di dunia. Di Medan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News