Suhu Laut Kian Panas, Ilmuwan Khawatir

Suhu Laut Kian Panas, Ilmuwan Khawatir
WNI kru Kapal Diamond Princess menikmati pemandangan matahari tenggelam dari atas KRI dr Soeharso di kawasan Pulau Sebaru Kecil, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.

Peraturan internasional baru tentang partikel belerang dalam bahan bakar kapal angkut barang diberlakukan pada tahun 2020, yang mengarah pada pengurangan emisi belerang dioksida secara global, yakni polutan udara yang merusak kesehatan.

Profesor Mat Collins, pakar perubahan iklim dari University of Exeter, mengatakan pengurangan polusi secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi kesehatan manusia, tapi dapat berperan dalam peningkatan panas global dalam jangka pendek karena pengurangan aerosol yang menyertainya.

Aerosol bertindak seperti "perisai" terhadap sinar matahari yang masuk, memantulkannya kembali ke luar angkasa.

"Kita telah mengurangi emisi, yang bagus untuk kualitas udara, tapi artinya sekarang sinyal karbon dioksida dapat masuk," kata Profesor Collins.

"Seberapa lama itu tergantung pada seberapa cepat kita mengurangi polusi, jadi jika kita menghentikan polusi, kita dapat memiliki atmosfer yang bersih dalam setahun."

Menurut Dr Bracco, kurangnya debu dari Gurun Sahara — aerosol alami — mungkin juga berperan dalam pemanasan lokal di Atlantik Utara selama bulan Juni.

Apa yang akan terjadi?

Semua faktor tersebut kemungkinan berkontribusi lebih besar pada peristiwa iklim tahun ini.

Dr Collins mengatakan anatomi persis dari faktor penyebab tahun ini peristiwanya begitu ekstrem masih menjadi "teka-teki yang menyibukkan para ilmuwan".

Pakar iklim menyebut perisai yang biasanya melindungi Bumi dari efek perubahan iklim selama bertahun-tahun, sudah memudar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News