Sukarelawan, Sukarela atau Berharap Imbalan?

Sukarelawan, Sukarela atau Berharap Imbalan?
Joko Widodo dalam kampanye akbar bertitel Konser Putih Bersatu di SUGBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (13/4). Foto: M Fathra Nazrul/JPNN.Com

Ketua GP Mania memutuskan untuk membubarkan organisasi sukarelawannya dan mencabut dukungannya terhadap Ganjar. GP Mania tidak sabar melihat Ganjar yang tidak bertindak tegas.

Ganjar dianggap tidak layak menggantikan Jokowi. Karena itulah GP Mania akan mengalihkan dukungan kepada calon lain.

Ganjar dianggap miskin gagasan, tidak punya visi dan misi yang jelas untuk membangun Indonesia. Ganjar dianggap tidak bernyali untuk mendobrak kebuntuan politik.

Ganjar juga dianggap sarat pencitraan sehingga identitasnya yang riil tidak sesuai dengan citranya di media sosial.

Bukan hanya GP Mania yang lari dari Ganjar. Pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda juga menyatakan mufaraqah alias memisahkan diri dari Ganjar Pranowo.

Abu Janda dikenal sebagai pendukung fanatik Jokowi yang kemudian juga mendukung Ganjar sebagai calon penerus Jokowi. Namun, melihat perkembangan yang macet, Abu Janda pun mengalihkan dukungannya kepada Prabowo Subianto.

Abu Janda berani bertaruh Rp 50 juta untuk menjagokan Prabowo sebagai pemenang Pilpres 2024. Abu Janda mengatakan bahwa ia selalu di barisan yang menang dan kali ini memilih berada di pihak Prabowo.

Ganjar mulai ditinggalkan sukarelawan pendukungnya. Sebaliknya, Anies Baswedan makin mengencangkan gerakannya.

Seharusnya sukarelawan bekerja ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Namun, dalam praktiknya, kelompok sukarelawan sudah menjadi organisasi pseudo-politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News