Susah Memindahkan Warga Dari Lokasi Bencana
Selasa, 19 Februari 2013 – 18:12 WIB
"Apakah kalau dipindahkan dia bisa hidup? Bagaimana memindahkan sawah mereka kayak di Padang. Kemana harus menggembala sapinya? banyak sekali faktor-faktor, bukan masalah UU dan perda saja. Kalau perut mereka lapar, bisa melawan mereka. Itu jangka panjang," jelas Syamsul.
Baca Juga:
Menurutnya, awalnya beberapa tempat di Manado berupa tebing tetapi karena pertambahan penduduk pemukiman di tebingnya menjadi tegak dan rawan. Oleh karena itu, tuturnya, harus ada living harmony. Warga harus mempersiapkan alat-alat yang praktis dibuat jika tinggal di wilayah rawan longsor. Hal ini penting untuk mengantisipasi jika curah hujan terus meningkat, warga bisa segera mengungsi, sehingga tidak menjadi korban banjir dan longsor.
"Persoalan relokasi itu belum menjadi prioritas, meski sesungguhnya itu sudah harus dilakukan," pungkasnya.
Hingga saat ini jumlah korban yang meninggal akibat bencana banjir dan longsor di Manado sudah mencapai 17 orang. Jumlah ini yang ia terima sejak pukul 00.00 Selasa, (19/2) dini hari.
JAKARTA--Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma'arif, mengaku pihaknya sulit memindahkan warga dari lokasi rawan bencana.
BERITA TERKAIT
- Dispora Solo Dapat Alokasi Dana Hibah UEA Rp 55,1 Miliar
- Bocah Hilang Tenggelam di Sungai Kuala Anak Mandah, Basarnas Bergerak
- Penjual Hewan Kurban di Palembang Mulai Banjir Pesanan
- PPA-JIEP Kembangkan Desa Sriharjo Jadi Destinasi Wisata Pertanian Terintegrasi
- Penjelasan Siswanto soal Penggeledahan Kantor BPKD Aceh Barat terkait Korupsi Pajak
- AKBP Anom Wirata: 4 Unit Senjata yang Dipegang Anggota Kami Tarik