Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar

Jumat, Pemerintah Rilis Paket Kebijakan

Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar
Swasta Borong Dolar USD 22 Miliar

"Ini sebagian besar jatuh tempo pada September. Jadi, perusahaan yang stok dolarnya belum cukup (untuk membayar utang), mencari di pasar (uang) dan berani membeli dengan harga tinggi, sehingga Rupiah melemah. Ketika nilai Rupiah makin anjlok, perusahaan-perusahaan pun makin banyak memburu dolar karena takut nanti dolarnya makin mahal. Jadinya ya begini (Rupiah terus melemah)," jelasnya.       

Kemarin, Rupiah memang seolah terjun bebas. Nilai tukar Rupiah BI berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 219 poin dalam satu hari dan ditutup di level Rp 10.723 per USD. Ini merupakan Rupiah terlemah sejak 29 April 2009 yang ketika itu ada di posisi 10.859 per USD.      

Menurut Drjadjad, saat ini gejolak Rupiah banyak dipengaruhi supply and demand atau pasokan dan permintaan USD. Dari sisi supply, USD saat ini sedang kekurangan karena banyaknya aliran modal keluar. Sementara di sisi demand, kebutuhan USD justru melonjak.

"Jadi, meski BI mengintervensi pasar dengan menggerojok dolar dari cadangan devisa, tetap saja masih kurang," katanya.         

Lantas, apa yang mesti dilakukan? Peraih gelar doktor ekonomi dari University of Queensland Australia ini mengatakan, tidak banyak yang bisa dilakukan BI dan pemerintah dalam hal utang swasta.

"Ini baiknya menjadi pelajaran. Ke depan, BI dan pemerintah harus memonitor lebih ketat utang swasta, agar jatuh temponya tidak menumpuk," ucapnya.        

Yang cukup melegakan, lanjut dia, jumlah utang swasta yang jatuh tempo pada periode Januari - JUni 2014 mendatang, jumlahnya turun signifikan menjadi hanya USD 9,80 miliar. Artinya, kebutuhan USD dari pihak swasta tidak akan sebesar semester II 2013 ini.     

Sebenarnya, BI juga sudah mewaspadai besarnya utang swasta yang jatuh tempo pada semester II 2013 ini. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, ada sekitar 15 persen utang swasta yang belum di-hedging atau dilindung nilai, akibatnya perusahaan pun terancam risiko kurs yang melemah. "Karena itu, BI akan terus monitor ketat utang swasta," ujarnya.       

JAKARTA - Pantas saja Rupiah terus melemah. Selain tekanan ekonomi global dan defisit transaksi berjalan (current account), Rupiah juga tertekan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News