Syarief Hasan: Insentif Kunci Mencapai Kemandirian Energi

Syarief Hasan: Insentif Kunci Mencapai Kemandirian Energi
Wakil Ketua MPR Syarief Hasan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Produksi gas juga sama, hanya sebesar 5.347 bpod dibandingkan target 5.800 mmscfd.

“Ini perlu diatensi khusus, bagaimana menyiapkan strategi yang tepat agar produksi migas semakin tinggi. Jika ini dibiarkan, defisit neraca perdagangan migas akan semakin besar," ungkapnya.

Dia menambahkan, BPS mencatat sepanjang 2022, volume impor migas meningkat menjadi 47,74 juta ton, naik 5,61 juta ton dibandingkan 2021.

"Ini artinya, nilai impor melonjak 58,32 persen mencapai $40,42 miliar. Akibatnya di tahun 2022 ini, defisit neraca perdagangan migas sebesar $24,4 miliar, melonjak 83,69 persen dibandingkan $13,28 miliar pada 2021,” ujar Syarief.

Oleh karena itu, Politisi Senior Partai Demokrat ini meminta agar sektor migas ini mendapatkan prioritas dan insentif.

Menurut dia, persoalan migas bukan saja isu ekonomi dan energi, tetapi berkaitan dengan kedaulatan negara.

Di tengah ketidakpastian global dan ancaman resesi yang masih membayangi dunia, sektor energi akan sangat menentukan keberlanjutan hidup sebuah negara.

Dia berharap pemangku kebijakan, terutama SKK Migas sebagai regulator di sektor hulu dan Pertamina sebagai pemain utama migas terus mencari strategi dan skema terbaik agar skala produksi terus meningkat.

Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan kemandirian energi adalah tujuan yang mesti diseriusi. Simak selengkapnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News