Tahun Depan Perlu Edukasi Khusus Kelola Gambut

Tahun Depan Perlu Edukasi Khusus Kelola Gambut
Warga tampak memadamkan kobaran api yang membakar lahan gambut di Meulaboh, Aceh. Foto: rakyataceh/jpg

Capaian lainnya adalah penyusunan Rencana Restorasi Ekosistem Gambut (RREG) Nasional dan Provinsi dan Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Gambut.

Sasaran RREG, seperti tertuang dalam Rencana Strategis BRG 2016-2020, adalah kawasan ekosistem gambut terdegradasi akibat kebakaran hutan dan lahan seluas dua juta hektar, dengan obyek yang menjadi fokus adalah kawasan hidrologis gambut (KHG).

Fokus lain BRG adalah Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Gambut di delapan Kawasan Hidrologis Gambut (KHG); Sungai Lalan-Sungai Merang, Sungai Sugihan-Sungai Lumpur (keduanya di Provinsi Sumatera Selatan), Sungai Tapung Kiri-Sungai Kiyap (Provinsi Riau), Sungai Ambawang-Sungai Kubu (Kalimantan Barat), Sungai Utar-Sungai Serapat (Kalimantan Tengah/Kalimantan Barat), Sungai Barito-Sungai Alalak dan Sungai Maluka-Sungai Martapura (Kalimantan Selatan).

Sebelumnya, BRG memetakan ekosistem gambut di KHG Sungai Saleh-Sungai Sugihan, KHG Sungai Cawang-Sungai Air Lalang (Sumatera Selatan), dan KHG Sungai Kahayan-Sungai Sebangau (Kalimantan Tengah).

Data ekosistem gambut sangat penting bagi BRG dan pihak-pihak terkait, karena bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan intervensi restorasi yang diperlukan berdasarkan penyebab degradasi.

Menggunakan teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR), data ekosistem sangat rinci, termasuk data topografi, tutupan lahan, kondisi hidrologis, dan estimasi kandungan karbon.

Sampai November 2017, BRG membuat titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut.

Data tinggi muka air bisa diakses secara real time. Sukses ini membuat BRG menambah lagi 20 titik pengamatan sepanjang Desember 2017.

Kini tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem lahan gambut demi masa depan anak cucu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News