Tahun Ini Jumlah Kecelakaan Mudik-Balik Menurun

Tahun Ini Jumlah Kecelakaan Mudik-Balik Menurun
Ilustrasi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA – Kerja keras Polda Jatim bersama instansi terkait untuk menekan angka kecelakaan selama arus mudik dan balik melalui Operasi Ramadniya Semeru 2016 membuahkan hasil. Angka kecelakaan sepanjang rentang waktu 30 Juni-15 Juli 2016 menurun signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Angka kecelakaan di jalur tengah yang menjadi arus utama mudik justru rendah. Sebaliknya, kecelakaan di jalur pantura malah hampir dua kali lipat ketimbang jalur tengah.

Berdasar data di Pos Komando Operasi Ramadniya Semeru 2016 Polda Jatim, kecelakaan arus mudik paling banyak terjadi di jalur pantura. Jumlahnya mencapai 297 kasus.

Secara berurutan, angka tertinggi di jalur mudik yang melintasi Tuban mencapai 74 kasus dan Lamongan 39 kasus.

Tingginya angka kecelakaan di jalur pantura boleh dibilang di luar perkiraan. Sebab, lokasi rawan kecelakaan diprediksi berada di jalur tengah. Sebab, jalur tersebut menjadi akses utama arus mudik dan balik seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, pada tahun ini, pemudik dan sebaliknya paling banyak menggunakan jalur tengah.

Meski begitu, jumlah kecelakaan di jalur tengah malah lebih sedikit ketimbang di jalur pantura. Di akses tengah terjadi 153 kecelakaan. Kecelakaan paling banyak terjadi di Mojokerto (33 kasus), Surabaya (29 kasus), dan Jombang (27 kasus). Di jalur selatan, terjadi 160 kecelakaan. Yang paling tinggi terjadi di wilayah Tulungagung dengan 33 kasus.

Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, pelaksanaan pengamanan Lebaran tahun ini boleh dibilang berhasil. Target menurunkan angka kecelakaan sudah tercapai. Sebab, jumlah kecelakaan musim Lebaran tahun ini turun 212 kasus jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada arus mudik Lebaran hingga arus balik tahun ini, terjadi 763 kasus kecelakaan. Pada tahun sebelumnya, ada 975 kasus. Jika dipersentase, penurunannya mencapai 21 persen.

 "Kalau menghilangkan kecelakaan, memang sulit. Minimal bisa ditekan hingga serendah-rendahnya," katanya.

Keberhasilan juga terlihat dari jumlah korban meninggal dunia. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlahnya turun hingga 57 persen. Selama Operasi Ramadniya 2016, tercatat 87 korban tewas. Pada operasi tahun sebelumnya, ada 207 korban yang meninggal dunia.

Menurut Argo, angka kecelakaan menurun karena kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Itu juga tidak terlepas dari gencarnya sosialisasi terkait dengan keamanan berkendara selama ini. Termasuk penempatan personel di titik rawan yang selalu mengawasi pengguna jalan.

"Kalau ada pelanggaran fatal, baru ditindak. Tapi, sepanjang bisa ditoleransi, hanya diberikan teguran. Mungkin ini membuat pengguna jalan lebih berhati-hati," ucapnya.

Perwira menengah asal Kota Gudeg itu menambahkan, sepeda motor masih menempati peringkat pertama jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan. Jumlahnya mencapai 1.062 unit. Selisih tipis ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 970 unit.

Argo mengatakan, kecelakaan yang melibatkan sepeda motor paling banyak justru terjadi di luar jalur mudik. Yakni, di jalur alternatif seperti jalan kampung. Penyebabnya adalah kesalahan pengendara yang cenderung mengabaikan keselamatan.

 "Rata-rata tidak memakai helm, belok tidak menyalakan lampu sein, dan melanggar rambu-rambu lalu lintas," jelasnya.
 

Operasi Ramadniya Semeru 2016 juga berhasil menekan angka kecelakaan di dalam Kota Surabaya. Berdasar data Polrestabes Surabaya, sepanjang 30 Juni sampai 15 Juli tahun ini, hanya terjadi 29 kecelakaan atau turun jika dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 41 kasus. Jumlah korban meninggal juga turun dari tujuh orang menjadi lima orang. (eko/did/rid/c6/fat/flo/jpnn)


SURABAYA – Kerja keras Polda Jatim bersama instansi terkait untuk menekan angka kecelakaan selama arus mudik dan balik melalui Operasi Ramadniya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News