'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne

'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne
'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne

Suku dan agama menjadi hal yang mungkin hingga saat ini masih menjadi topik yang sensitif, seperti juga yang dirasakan Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif lembaga survei Charta Politika.

Ia mengatakan banyak warga Indonesia yang kini harus dengan hati-hati memilih kata dan topik, bahkan dengan orang-orang terdekat sekalipun.

Yunarto yang akrab dipanggil Toto pernah ramai diperbincangkan pada April lalu karena dilaporkan menerima tantangan akan pindah ke China atau Korea Utara jika Prabowo Subianto memenangkan Pilpres 2019.

Sementara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menilai yang paling memperkeruh suasana saat menjelang Pemilu kemarin sebenarnya adalah jejaring sosial.

"Follower itu ngomongnya lebih ngeri daripada yang di-follow," kata Ganjar yang juga politisi dari Partai PDI-P.

"NKRI sudah cukup syariah"

'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne Photo: Yenny Wahid mengaku meski dirinya sudah berkerudung tetapi dianggap kurang Islami. (Foto: ABC News, Erwin Renaldi)

Ganjar menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan mengapa begitu terpecahnya warga Indonesia saat menjelang pemilu.

Menurutnya ada keinginan tertentu dan produk ideologis yang kemudian ditunggangi secara bebas oleh sejumlah orang dengan tujuan yang berbeda-beda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News