'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne

'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne
'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne

"Yang harus diwaspadai saat ini adalah ideologis," kata Ganjar, setelah Catatan Najwa menayangkan sebuah video cuplikan deklarasi kekhalifahan yang dilakukan di salah satu sekolah di Indonesia.

Begitu pula saat Najwa kembali mengingatkan sebuah survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun lalu, yang menunjukkan lebih dari 50 persen guru Muslim memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tetapi menurut Yenny Wahid memberikan label intoleran dan radikal juga harus berhati-hati, karena banyak diantara mereka yang sebenarnya tidak memahami benar soal ideologi yang ditawarkan.

"Radikal itu sedikit jumlahnya, tetapi memang berisik," ujarnya yang saat Pilpres mendukung Joko Widodo.

Yenny mengaku jika Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila sebenarnya sudah cukup mewakili prinsip-prinsip syariah Islam.

"Apa lagi yang kurang? Di Indonesia kita ini yang jadi mayoritas, tapi narasi yang dibangun malah Islam sedang ditindas," jelasnya.

Bukan sekedar soal agama

'Tak Ada Lagi Cebong dan Kampret': Ajakan Merawat Indonesia dari Melbourne Photo: Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan perlu merangkul semua pihak untuk bisa mengatasi kesalahpahaman. (Foto: ABC News, Erwin Renaldi)

Yunarto mengatakan fenomena yang "berbau" keagamaan ini sebenarnya terjadi juga di agama-agama lain, seperti yang ia rasakan di kalangan Katolik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News