Tak Rela Jatah Pensiun Suami yang Sedang Stroke Dibagi-bagi

Tak Rela Jatah Pensiun Suami yang Sedang Stroke Dibagi-bagi
Tak Rela Jatah Pensiun Suami yang Sedang Stroke Dibagi-bagi

Akhirnya, dia terkena beberapa komplikasi diabetes, gagal ginjal, dan jantung.

Tiga tahun lalu, karena komplikasi tersebut, Donwori terkena stroke. Pembuluh darahnya pecah hingga ke leher belakang. Hal itulah yang membuat Donwori seperti mayat hidup dan tidak bisa berinteraksi sama sekali. ”Dokter menyatakan bahwa suami tidak punya harapan. Yang bisa

keluarga lakukan hanya merawat dan memberikan terapi,” katanya.

Meski sang suami divonis sulit sembuh, Karin tak pernah putus asa. Wanita yang tinggal di Pakuwon City itu melaku­ kan pengobatan stem cell di luar negeri, seperti Jepang dan Singapura. 

Tetapi, semua itu seakan sia-­sia. Padahal, biaya sekali stem cell mencapai Rp 80 juta hingga Rp 100 juta. ”Suami saya masih dapat jatah pesangon dari perusahaan Rp 30 juta per bulan. Selama ini biaya pengobatan dari luar negeri saya ambilkan dari pesangon suami,” jelasnya.

Setahun terakhir Karin mulai jarang melakukan tindakan stem cell untuk suaminya. Sebab, tidak ada perubahan yang berarti pada suaminya. Bahkan, kondisi suaminya kian parah. 

”Akhirnya, saya berpikir tentang masa depan anak-­anak yang butuh biaya banyak. Apalagi, semua anak saya sekolah di sekolah internasional. Kalau semua jatah pesangon suami dibuat pengobatan yang tidak ada kejelasan, kan mending suami saya rawat di rumah dan uangnya saya tabung untuk masa depan anak,” paparnya.

Nah, pemikiran Karin itulah yang ditolak oleh keluarga Donwori. Mereka menuding bahwa Karin menginginkan Donwori lekas meninggal. Tujuannya, Karin bisa segera menikah dan menghambur­ hamburkan uang. 

DI kala Donwori (nama samaran), 56, mengalami stroke, seharusnya sang istri, Karin, 37 mendapat dukungan dari keluarnya. Namun sebaliknya, keluarga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News