Takdir Politik Era Reformasi

Takdir Politik Era Reformasi
Takdir Politik Era Reformasi
Saya kira waktu tersisa sekitar tiga tahun lagi masih memadai untuk mengubah paradigma dan orientasi partai koalisi agar kembali ke jalan yang benar. Repotnya, kadang kekuatan civil society pun tidak kompak sehingga daya bargainingnya hanya sekedar “badai dalam gelas” yang kemudian berlalu.

Jangan-jangan kekuatan civil society yang kerap muncul di media pun sangat elitis. Tidak punya akar yang kuat di masyarakat sehingga hanya sekedar penghias berita di media cetak dan elektronik. Akibatnya, berbagai kritik yang muncul pun hanya sekedar kanalisasi atau ketakpuasan, tetapi telah terlampiaskan secara psikologis-sosiologis. Seperti biasa, selesailah sudah, meski tak jelas apanya yang selesai.

Pessimistis? Boleh jadi. Jika meminjam Karl Marx toh Anda tak bisa merekayasa masa depan seenak jidat Anda. Selalu kehendak besar harus disertai proses pendukung, baik vertical dan horisontal yang memang merupakan tuntutan zaman sehingga ketika ia berang maka muncullah air bah yang tak bisa dihempang.  

Faktor itulah yang tidak ada sekarang. Yang ada malah saling memprotek, walaupun sesekali diwarnai “kegenitan” maneuver politik yang akibatnya relative kecil dan tak mengubah keadaan.

SEKIRANYA Presiden SBY seberani Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, apakah kepuasan public terhadap pemerintahannya menguat? Gus Dur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News