Taliban Sedang Mendorong Tiongkok Berinvestasi di Afghanistan, Tetapi Itu Bukan Hal yang Mudah

 Taliban Sedang Mendorong Tiongkok Berinvestasi di Afghanistan, Tetapi Itu Bukan Hal yang Mudah
Menlu Wang Yi mengundang kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar untuk bertemu di Tianjin bulan lalu.  (AFP: Li Ran | Xinhua)

"Pakistan khawatir bahwa ini akan mengalihkan investasi Tiongkok dari Pakistan."

'Uang suka perdamaian, bukan perang'

Data dari Kementerian Perdagangan Tiongkok menunjukkan bahwa kontrak yang baru ditandatangani di tahun 2020 oleh perusahaan Tiongkok di Afghanistan bernilai sekitar Rp1,5 triliun, tapi hampir semua proyek ini belum dimulai.

"Keamanan di negara sasaran adalah faktor yang penting bagi investasi Tiongkok di luar negeri," kata Professor Fan Hongda, pakar masalah Timur Tengah di  Shanghai International Studies University.

"Gagal tercapainya situasi stabil di bawah pemerintahan dukungan AS sebelumnya merupakan alasan yang mendasar bagi terbatasnya investasi Tiongkok di sana."

Setelah mantan wakil presiden Amrullah Saleh mengatakan dia sudah bergabung dengan kelompok perlawanan untuk memerangi rezim yang baru, stabilitas di Afghanistan tampaknya tidak akan tercapai dalam waktu dekat.

"Kecil kemungkinan akan banyak investasi di Afghanistan sampai ada kejelasan mengenai siapa yang berkuasa, bagaimana kekuasaan mereka di negeri itu, dan peluang bagi kembalinya investasi yang ditanamkan," kata Dr Shanahan. 

Rafaello Pantucci mengatakan diperlukan banyak kemajuan di Afghanistan sebelum adanya investasi besar-besaran dari Tiongkok.

"Meski perusahaan Tiongkok lebih berani mengambil risiko dibandingkan yang lain, Afghanistan bukan negara yang mudah," katanya.

Tiongkok sudah lama berencana untuk mengembangkan proyek Belt and Road Initiative (BRI) di Afghanistan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News