Tanah Papua Dalam Pusaran Kongres dan MPA PMKRI

Tanah Papua Dalam Pusaran Kongres dan MPA PMKRI
Ketua Presidium DPC Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jayapura Periode 2001-2003, Hironimus Hilapok. Foto: Istimewa for JPNN.com

Pada Sidang MPA tahun 2006 itulah pertama muncul calon ketua PP PMKRI dari Tanah Papua yang tidak tanggung-tangung memunculkan dua kandidat yaitu saya sendiri (Hironimus Hilapok) sebagai Wakil Sekjend PP Periode 2004-2006 dan Mervin Sadipun Komber sebagai Komda Papua Maluku PP periode 2004-2006.

Dalam proses pemilihan pada putaran kedua, saya (dari PMKRI Cabang Jayapura) kalah 1 suara dari Tommy Jematu (dari PMKRI Cabang Jakarta Timur) yang belakangan diketahui bahwa proses kemenangan saudara Tommy Jematu tersebut diraih dengan cara-cara yang penuh dengan kecurangan.

Yang lebih fatal lagi adalah bahwa saudara Tommy Jematu telah di Droup Out dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara pada tanggal 21 Februari 2006 sebelum pelaksanaan kongres dan MPA di Jayapura yang terjadi pada bulan November 2006. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan surat keterangan dari STF Driyarkara yang ditandatangani oleh Pembantu Ketua I STF Driyarkara saat itu Dr. J.B. Hari Kustanto.

Buntut dari pelaksanaan MPA tahun 2006 tersebut maka muncul dua kelompok PP PMKRI, yang satu berkedudukan di Jalan Sam Ratulangi I di bawah kepemimpinan Ketua Tommy Jematu dan Sekretaris Jenderal Mervin Sadipun sedangkan yang lainnya berkantor di Buncit Raya dengan Ketua Tri Adi Sumbogo dan Sekjen Vincentius Lokobal. Perpecahan itu berlangsung kurang lebih 6 tahun. Pada tahun 2013 mulai dilakukan konsolidasi untuk menyatukan dan itu berhasil dilakukan.

Kebesaran hati dari Saudara Yohanis Sahat Marulitua Lumbanbatu sebagai Mandataris MPA Medan 2012 (versi Buncit Raya) yang bekerja keras dan itu tidak bisa dipungkiri peran sentral dari Saudara Lidya Natalia Sartono sebagai mandataris MPA Surabaya 2013 (versi Sam Ratulagi I). Yang akhirnya semua bisa bersatu lagi di Kongres XXIX dan Sidang MPA XXVIII di Jakarta tahun 2016.

Kemudian lebih spektakuler lagi, dalam Kongres XXX dan Sidang MPA XXIX di Palembang di bawah Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI Saudara Angelus Wake Kako yang menempatkan posisi PMKRI sebagai organisasi yang diperhitungkan dalam kancah pergerakan dan pembinaan di Indonesia. Dalam hal ini patutlah secara pribadi saya menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saudara Yohanes Sahat ML, saudari Lidya Natalia Santoso dan Saudara Angelo Wake Kako.

Rasis di PMKRI?

Selama 12 tahun, sejak MPA tahun 2006 di Jayapura sampai dengan MPA tahun 2018 di Palembang, begitu banyak gejolak terjadi dalam tubuh PMKRI, MPA selalu menjadi dinamika yang menarik, sebagai orang yang pernah menjadi kandidat Ketua Presidium PP PMKRI pada MPA tahun 2006 di Jayapura, kami juga tidak luput dari dinamika tersebut.

Perlu sebuah pemerataan distribusi kader PMKRI sebagai sebuah kontribusi dalam melahirkan tokoh-tokoh nasional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News