Tanpa Asap

Oleh: Dahlan Iskan

Tanpa Asap
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Masyarakat Tionghoa Padang masih menganggap ia orang Padang. Maka Andreas diminta menjadi ketua perkumpulan Tionghoa di sana: Ho Tek Tong.

Nama Ho Tek Tong saya kenal dengan baik. Begitu juga Andreas. Ia juga menjadi ketua perkumpulan barongsai Ho Tek Tong. Pernah ikut kejuaraan dunia: Ho Tek Tong juara dunia.

Mengalahkan Barongsai dari Tiongkok, Malaysia, Hong Kong, dan Taiwan. Baru lima tahun kemudian giliran Barongsai dari Tarakan yang juara dunia.

Di Padang, Andreas berhasil membangun rumah krematorium baru. Sekaligus dua mesin. Lima tahun yang lalu.

Itu untuk menggantikan sistem kremasi yang lama. Yang asapnya tebal. Yang baunya menyengat. Yang satu hari hanya bisa membakar satu mayat –karena pembakarannya lama dan perlu masa pendinginan.

Andreas lantas diminta masyarakat Tionghoa Pekanbaru untuk hal yang sama. Ia memang punya usaha di Pekanbaru. Andreas pun membangun krematorium di Pekanbaru. Sekaligus dua mesin. Bahkan akan tambah satu lagi –yang akhirnya dipasang di Jakarta itu.

Andreas pernah menjadi dealer Mercedes-Benz untuk seluruh Sumatera. Ia punya banyak kenalan. Termasuk Wali Kota Jakarta Barat.

Kepada wali kota itu, Andreas mengatakan: "Kalau ada lahan dan saya diberi izin, saya sanggup membangun krematorium dalam satu minggu. Akan saya gratiskan selama pandemi ini."

Andreas Sofiandi nekat membangun tempat pembakaran mayat secara afdruk kilat. Seminggu selesai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News