Tanpa Walini

Oleh: Dahlan Iskan

Tanpa Walini
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Bukit-bukit yang akan dibor itu harus dibuat keras. Caranya: bukit-bukit itu harus banyak disuntik. Cairan yang disuntikkan adalah semen cair. Setelah bukit mengeras, barulah dibor untuk membuat terowongan.

Semua itu membuat biaya membengkak. Saya tidak pernah mendalami sisi keuangan KCIC. Saya tidak tahu persis seberapa membengkak. Juga, bagaimana mengatasinya.

Yang jelas, bisnis kereta cepat ini tidak menarik. Setidaknya bagi saya. Mungkin juga bagi Anda. Relakah uang Anda ditanamkan ke sebuah bisnis yang modalnya baru akan kembali 30 tahun kemudian. Bahkan bisa-bisa 50 tahun. Saya tidak mau.

Kenapa Tiongkok mau?

Saya tidak tahu. Yang jelas, sekarang ini kereta cepat Jakarta–Bandung jadi kebanggaan Tiongkok juga: sebagai contoh sukses program OBOR di Asia Tenggara.

Itu juga sekaligus membuat Amerika Serikat melotot: pengaruh Tiongkok kian merajalela di mana-mana.

Maka, di KTT G20 di India barusan, Presiden AS Joe Biden meluncurkan program spektakuler: membangun jalan pintas dari India sampai Arab Saudi. Lewat Pakistan, Iran, dan negara-negara Teluk. Itu akan diteruskan ke Turki. Lalu, ke Eropa.

Akankah berhasil seperti program OBOR? Terserah saja.

TENTU banyak yang berubah. Begitulah sebuah rencana sebesar kereta cepat Jakarta–Bandung. Stasiun Padalarang itu, misalnya, tidak pernah disebut dalam rencana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News