Tari Saman, Mengalami Dilema Meski Sudah Mendunia
Sabtu, 15 Desember 2012 – 07:40 WIB
Sejak diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda tahun 2011 lalu, Tari Saman Gayo berkembang cukup pesat di Aceh, bahkan di Indonesia. Banyak bermunculan sanggar-sanggar yang juga mempelajari Saman. Dampaknya, terjadi sejumlah pergeseran dalam perkembangan yang ada.
Diakui Agus, pergeseran itu bukan masalah karena Saman Gayo di Aceh tetap saja seperti adanya dengan cirri khasnya yang tidak bisa disamai oleh penari dari luar Aceh.
Menurut Agus, pergeseran itu bisa dilihat dari segi penari. Di Gayo Lues tidak ada perempuan menarikan Saman, setelah keluar dari Aceh, Saman dibawakan oleh perempuan. Itulah bagian dari perkembangan Saman.
“Gerak Saman Gayo Lues juga sudah berkembang setelah di luar daerah. Namun tetap saja gerakan Saman yang dibawakan masyarakat Gayo Lues sulit ditiru, itu bakat alami. Contoh, gerak runcang (mengguncang badan),” jelasnya.
JAKARTA – Hentakan tangan, jentikan jari diiringi lantunan lagu dalam bahasa Aceh menggema di Plaza Museum Fatahillah, Jakarta Pusat, Jumat
BERITA TERKAIT
- Ridwan Kamil Bagikan Pengalaman Berbisnis pada Mahasiswa Indonesia di Singapura
- UKT Mencekik, Mahasiswa Ancam Kemendikbudristek
- Fokus Bangun SDM Anak Asli Papua, Apolos Bagau Jalin MoU dengan Kampus IPB
- Halimah Masuk TikTok Change Makers: Dari Kamar Mandi jadi Inspirasi Dunia
- Banyak Guru Tidak Tenang setelah Diangkat PPPK, Ada Masalah Apa?
- Paiton Energy Hadirkan PLTS Atap di SMKN 54 Jakarta, Ramah Lingkungan